PARLEMENTARIA KOTA SAMARINDA – Salah satu faktor ketercapaian target Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah adanya terobosan yang mampu memicu meningkatnya penggunaan fasilitas layanan ‘mesin pencetak uang’ sumber retribusi dan pajak daerah. Salah satu contohnya adalah fasilitas layanan menggunakan sistem pembayaran cashless (non tunai), baik untuk pembayaran retribusi maupun pajak.
Di Kota Samarinda, penerapan pembayaran retribusi dan pajak secara non tunai telah diterapkan, tetapi fasilitasnya kurang mendukung, seperti dalam penerapan pembayaran retribusi parkir di pusat perbelanjaan secara non tunai. Hal itulah yang disoroti anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda Laila Fatihah. Kepada media ini, Kamis (05/01/2023), selain melakukan sosialisasi secara masif, fasilitas pembayaran secara non tunai juga harus ditingkatkan kualitasnya.
“Serta didukung dengan pemenuhan fasilitas. Karena selama ini kita mencanangkan semua pembayaran secara online, tapi fasilitas itu tidak semua dipenuhi,” ujar wakil rakyat dari daerah pemilihan Kecamatan Palaran, Loa Janan Ilir dan Kecamatan Samarinda Seberang.
Menurut wanita kelahiran Malang, 05 September 1973 ini, target PAD dari retribusi dan pajak yang tinggi juga harus dibarengi dengan pemenuhan fasilitas yang memadai, jika tidak maka target yang ditentukan tidak mudah tercapai. “Jadi target yang sudah bisa kita tentukan kalau pelayanannya tidak maksimal seperti kita berharap sesuatu yang kosong,” ungkap Laila, sapaan akrabnya.
Ia mengakui saat ini sudah banyak platform yang mendukung untuk pembayaran secara non tunai yang bisa diterapkan di Samarinda dalam rangka memberikan kemudahan layanan bagi pengguna. Namun ia berharap fasilitas pembayaran secara non tunai juga bisa diterapkan, terutama dalam pembayaran parkir, terutama di pusat perbelanjaan Kota Samarinda.
Berkaca dengan penerapan parkir non tunai di Kota Balikpapan, pembayaran parkir non tunai justru dipermudah dengan menyediakan jalur khusus. Sehingga selain memberikan pilihan bagi pengguna, secara non tunai atau tunai, juga untuk memudahkan para pengunjung untuk tidak terjebak dalam antrean panjang.
“Jadi ada perbedaan antara yang gunakan cashless dengan yang bayar tunai. Nah seperti itu masyarakat bisa memilih fasilitas yang lebih mempermudah mereka. Percuma kalau pemkot tidak maksimal penerapan di lapangan,” kata Laila. []
Penulis: Fajar Hidayat | Penyunting: Hadi Purnomo