Pemkot Samarinda menepis keraguan pembangunan flyover (jalan layang) Air Hitam yang menghubungkan Jalan Juanda dan AW Sjahranie, bakal molor dari target. Jumat (6/6) ini, Pemkot menjanjikan akan dilakukan peletakan batu pertama sebagai tanda jalan layang sepanjang 621 meter itu segera dikerjakan.
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Samarinda Akhmad Maulana ketika ditemui kemarin (3/6). Menurutnya, selama ini ada beberapa item konstruksi yang memang tidak dilakukan di lokasi proyek. Melainkan dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. “Kalau di lokasi proyek, Insya Allah, Jumat (6/6) pagi nanti akan dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) untuk tahap dua.
Mudah-mudahan jadi,” tuturnya. Dengan dimulainya peletakan batu pertama itu, Maulana optimistis, jalan layang yang menjadi kebanggaan Kaltim itu akan beroperasi sesuai target yakni akhir 2015. “Insya Allah, 2015 jadi. Tetapi kami tidak bisa pastikan bulan berapa, masih fluktuatif. Tetapi paling lambat akhir tahun. Karena kami juga bergantung pada cuaca dan material.
Apalagi kita pesan materialnya dari Pasuruan (Jawa Timur),” tuturnya. Salah satu material yang didatangkan yaitu bentang sepanjang 60 meter. “Mengenai pembebasan lahan di Jalan Juanda tidak ada masalah. Kami tetap bekerja dengan memulai pengerjaan di Jalan AW Sjahranie,” ucapnya. Sebelumnya, pengamat perkotaan dan lalu lintas Haryoto beberapa hari lalu menuturkan, jika flyover ditarget selesai dalam waktu 18 bulan, berarti progres setiap bulan harus mencapai enam persen.
Jika tidak tercapai, maka harus ditingkatkan lagi. Tidak kalah penting, adalah ketersediaan bahan baku struktur. Menurutnya, hampir semua komponen flyover akan didatangkan dari luar daerah. Seperti baja maupun beton dan tiang pancang. Belum lagi faktor-faktor sosial yang kerap menjadi kendala proyek besar di Kota Tepian.
“Termasuk faktor cuaca. Apalagi masih ada yang harus diselesaikan terkait pemindahan tiang listrik PLN, pipa PDAM, reklame. Segmen Jalan Juanda lebih berat dibanding Jalan AW Sjahranie. Kondisinya juga rawan banjir dan jadi pusat konsentrasi lalu lintas,” jelasnya. Sebagai informasi, pagu anggaran proyek sepanjang 621 meter itu awalnya disebut Rp 81,5 miliar.
Kemudian membengkak menjadi Rp 127 miliar karena ada perubahan kualitas beton. Pada tahap awal telah dikucurkan Rp 19,9 miliar dengan sistem pembiayaan tahun tunggal (single-year contract). Dengan rincian, Rp 17,8 miliar untuk kegiatan fisik. Sisanya, masing-masing Rp 500 juta untuk belanja konsultan dan jasa.
Tahap kedua adalah pengerjaan fisik flyover. Skema pembiayaannya berupa kontrak tahun jamak (multiyears contract) dengan total Rp 61,5 miliar. Yakni, dikucurkan dari APBD-P 2013 sebesar Rp 12 miliar dan APBD murni 2014 sebesar Rp 49,5 miliar. [] RedFj/KP