Beberapa kasus pelecehan seksual yang terjadi di wilayah Penajam Paser Utara (PPU), menjadi perhatian ksusus Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) PPU. Kepala Dinsosnaker PPU Alimuddin menyayangkan terjadinya kasus pencabulan yang merebak di PPU.
Pasalnya, korban rata-rata masih di bawah umur dan mirisnya lagi pelaku adalah orang terdekat korban.“Sebagai pemerintah kejadian seperti itu (pencabulan, red) sangat disayangkan,” kata Alimuddin pada wartawan, Minggu (8/6) kemarin.
Ia mencontohkan kasus yang menimpa FS (14) warga Gunung Makmur, Kecamatan Babulu, hamil 4 bulan akibat perbuatan bejat kakak kandungnya sendiri. FS mengalami tekanan karena di usianya yang masih anak-anak harus menanggung beban berat. Karena itu, FS membutuhkan pendampingan untuk memulihkan psikologisnya. “Kami akan melakukan upaya penanganan untuk memulihkan mentalnya,” terangnya.
Alimuddin menuturkan, Dinsosnaker bekerja sama dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) PPU untuk melakukan pendampingan. “Kami telah bekerja sama dengan P2TP2A dalam rangka pendampingan,” ujarnya.
Pihaknya juga akan melakukan rehabilitasi terhadap korban pelecehan seksual terutama pada anak di bawah umur. Namun salah satu kendala yang dialami yakni PPU belum memiliki panti sosial untuk merahabilitasi korban untuk pemulihan pesikologisnya. Selain itu, tega ahli psikologi belum dimiliki oleh Dinsosnaker.
“Kami akan merabilitasi korban di panti sosial Samarinda, karena kita belum memiliki panti sosial untuk rehabilitasi,” kata Alimuddin. Dia menambahkan, rehabilitasi akan dilakukan ketika proses hukum terhadap tersangka telah selesai.
Dia menyatakan, pihaknya telah memberikan bantuan sosial kepada korban sebagai bentuk keprihatinan dari Dinsosnaker. “Kami sudah mengirim bantuan sembako dan pakaian untuk korban dan keluarga korban beberapa hari yang lalu,” tandas Alimuddin. Berdasarkan data P2TP2A dari bulan Januari-Juni 2014, tercatat 3 kasus pelecehan seksual dan pelakunya tak lain dari orang terdekat korban. [] RedFj/BP