TANJUNG SELOR – Keberadaan Kaltara sebagai provinsi termuda di Indonesia masih minim industri ekonomi kreatif. Padahal sektor tersebut mampu mendorong peningkatan penghasilan ekonomi masyarakat. Namun, karena tingginya biaya produksi, membuat sektor ekonomi kreatif tak tumbuh.
Hal tersebut diungkapkan Asisten II Setprov Kaltara, Syaiful Herman kepada wartawan di sela seminar penyusunan kajian potensi perekonomian daerah Kaltara dilakukan Biro Perekonomian Sumber Daya Alam (SDA) dengan Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah (Puslitbangwil) Universitas Kaltara, kemarin.
“Sebagai provinsi termuda jangan minder untuk berbuat, dari beberapa sisi pembangunan secara umum, masterplan pembangunan Kaltara terkait SDA, ekonomi, air dan lainnya mengarah pada potensi yang ada di Kaltara. Apalagi, Kaltara berada di daerah perbatasan, dengan garis batas sepanjang 1.038 kilometer merupakan potensi wilayah yang harus dikembangkan,” jelasnya.
Syaiful Herman Ass II Setprov KaltaraTak hanya itu, kajian mengenai potensi selalu dikaitkan dengan infrastruktur yang ada, karena itu Kaltara telah bekerjasama dengn beberapa universitas dalam berbagai kegiatan guna menggiatkan sektor ekonomi agar semakin tumbuh baik, transparan dan akuntabel.
“Unit Kegiatan Masyarakat (UKM) sudah banyak membuat makanan, bahkan hal itu sudah bekerja sama dengan dinas kesehatan agar aman dikonsumsi. Hhanya saja, produk hasil Kaltara sulit dibawa keluar daerah, karena tingginya biaya transportasi. Hal itu membuat minimnya industri kreatif, karena masih monoton pada bahan baku yang tersedia,” tambahnya.
Ditambahkan, besarnya biaya produksi di Kaltara akibat insfrastruktur di Kaltara masih minim. Sehingga produksi lokal yang dibawa keluar daerah perlu biaya tinggi.
“Jika potensi itu diolah, maka industri kreatif juga perlu ditumbuhkan dari bahan lokal yang tersedia. Meski sebelumnya Bulungan pernah mencoba produksi jahe, hanya saja terkendala biaya produksi tinggi,” sebutnya.
Karean itu, potensi dan masalahan aktual dihadapi pada grass root level yaitu petani, perkebunan, nelayan, pengrajin dan pengusaha kecil dan lainnya mungkin belum terdeteksi secara komprehensif. Sehingga kondisi perekonomian di Kaltara bisa tumbuh baik, meski belum dapat berkembang maksimal.
“Sejatinya, potensi ekonomi Kaltara, khususnya potensi SDA yang tersedia sangat besar, hanya belum dikelola maksimal,” tambahnya.[] RedHP/Kokal