SANGGAU – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sungai Batu, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimatan Barat (Kalbar) adalah satu satunya sumber pemasok listrik di kabupaten yang punya luas 12.857,70 kilometer persegi ini. Dibangun mulai tahun 2011, pembangkit berkapasitas 2 x 7 megawa watt (mw) ini, meski sudah selesai dibangun, belum beroperasi maksimal. Saat ini masih tahap uji coba.
Belum beroperasinya PLTU Sungai Batu secara maksimal menyebabkan pemadaman bergilir di Sanggau terus berlanjut. Pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengambil kebijakan pemadaman listrik karena Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Semboja yang berkapasitas 16 MW belum mampu melayani kebutuhan masyarakat ketika beban puncak yang mencapai 19 MW.
Sementara Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sanggau, Jumadi menyesalkan persoalan munculnya persoalan karena perbedaan pandangan soal standarisasi bateri PLTU sehingga PLTU Sungai Batu belum bisa dioperasikan. Ia berharap PLN bisa menyelesaikan persoalan ini sehingga masyarakat tak dijadikan korban.
“Kita minta ini bisa segera diselesaikan oleh PLN Jaser dan kontraktor, karena jika ini berkelanjutan yang dikorbankan tentu masyarakat, jadi kita minta PLN tidak mengorbankan masyarakat,” kata Jumadi Minggu (22/6).
Dia menilai harusnya ini sudah selesai saat pengoperasian ini. Karena, ia menilai persoalan teknis kerja tentu sudah diatur dalam perjanjian kerja atau kontrak proyek tersebut. “Kalau seperti ini tentu kita minta semua pihak duduk bersama, kembalikan pada perjanjiannya,” ujarnya.
Di lain pihak, Deputi Manager Humas PLN Wilayah Kalbar M Doing mengungkapkan bahwa PLTU di Sungai Batu menggunakan bahan bakar batu bara yang pertama beroperasi di Wilayah Kalbar. PLTU tersebut berkapasitas 2×7 MW atau sebesar 14 MW.
“PLTU Sungai Batu dengan kapasitas 2×7 sudah siap beroperasi di Sanggau dan sekitarnya. Sebelumnya telah dilakukan uji coba sebesar 4 MW, karena masih ada kendala perizinan, sehingga disetop sementara. Rencana 3 Agustus, segera diresmikan perdana,” ujarnya.
Doing menjelaskan, bahan bakar PLTU yang menggunakan batu bara akan didatangkan dari Lampung melalui PLN Batubara. Dengan beroperasinya PLTU Sungai Batu, diharapkan kebutuhan listrik di Sanggau dan sekitarnya dapat terpenuhi. Sementara, beban puncak di Sanggau sebesar 18 MW.
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Biosel (PLTGB) Tayan yang juga masuk PLN Wilayah Sanggau, diperkirakan beroperasi pada September mendatang. PLTGB Tayan berkapasitas 6 MW, dengan demikian total kapasitas listrik untuk wilayah Sanggau berjumlah 20 MW.
“Sedangkan pembangkit lama yang menggunakan bahan bakar solar perlahan akan ditarik dan ditempatkan di daerah lain. Semua upaya ini dilakukan sebagai komitmen PLN memberikan penerangan kepada masyarakat hingga ke pelosok,” tutur Doing.
PLTU tersebut membutuhkan dana sekitar 7 juta dolar AS dan Rp155 miliar. Kontraktor pelaksana dari PT ZUG sementara perencanaannya pihak PLN. Areal yang digunakan mencapai 10 hektare dengan kebutuhan batu bara per tahun berkisar 13.000 ton.
Batu bara dikirim dari Sumsel untuk pengiriman pertama dan ke dua dari Lampung. Tempat penyimpanan batu bara mampu untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Setiap pengiriman sekitar 4.000 ton dengan periode antarpengiriman satu minggu.
Manajer PLN Area Sanggau, Hendrig Erig mengatakan, PLTU tersebut nantinya akan menjadi pemasok utama untuk Kabupaten Sanggau dan sekitarnya. “Biaya produksinya lebih murah dibanding PLTD,” ujarnya.
Area Sanggau mencakup Kabupaten Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi dan Kapuas Hulu. Ia menargetkan bisa menambah 200.000 pelanggan kalau PLTU tersebut sudah beroperasi secara penuh. [] RedHP/TKB