JAKARTA -Mantan Politisi Golkar Nusron Wahid mengaku santai dengan resiko tidak duduk di Senayan sebagai wakil rakyat. Hal itu diakibatkan pemecatan yang dilakukan Golkar kepadanya.
Padahal, Nusron mengatakan dirinya memperoleh suara tertinggi nasional dari seluruh kader Golkar. “Saya (perolehan suara) nasional di Golkar nomor satu, di lintas partai saya nomor lima, yang kita mau cari apa? tanggungjawab politisi ada dua ke rakyat dan hati nurani,” kata Nusron di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (25/6/2014).
Ia menilai Aburizal Bakrie bersifat otoriter setelah Golkar memberikan dukungannya kepada pasangan Prabowo-Hatta.
“Kalau ikut orang otoriter pasti sifatnya otoriter, mengelola partai itu miniatur mengelola negara, kalau mengelola partai otoriter berarti orang-orang model itu, mengelola negara pasti otoriter,” ungkapnya.
Nusron menegaskan bahwa dirinya tidak haus jabatan bila tidak dapat duduk kembali menjadi wakil rakyat. Namun, ia menjelaskan apa yang dilakukannya mendukung Jokowi-JK merupakan suara hati nuraninya.
“Saya tidak takut kehilangan jabatan, ini atas nama demokratisasi. Bukan jabatannya, ini masalah iklim menjadi tersumbat dan mati, hanya karena perbedaan pendapat dibunuh, ini ciri-ciri fasisme,” ujarnya.
Padahal, kata Anggota Komisi XI itu, bila hasil Rapimnas Golkar dijalankan, ia seharusnya menduduki jabatan Wakil Ketua DPR.
“Tapi saya tidak melakukan itu, karena mendukung, Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, dihadapkan pada dua pilihan, kalau ada pilihan yang baik untuk Indonesia kenapa pilih yang lain. Sekarang kita tunggu saja pengadilan rakyat sama keputusan Tuhan pada 9 Juli 2014,” tuturnya. []RedNR29/Tb