KUTAI KARTANEGARA – Jembatan Martadipura yang juga dikenal dengan sebutan Jembatan ‘Abu Nawas’ di Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur, dikabarkan nyaris runtuh. Informasi mengejutkan itu beredar di situs jejaring sosial facebook melalui grup Bubuhan Samarinda yang beranggotakan 50 ribu lebih akun.
Sebuah akun bernama Bisma Sandhi Yudha adalah si penyebar informasinya. Soal benar tidaknya informasi tersebut, namun cukup banyak mengundang ratusan komentar. Dalam pernyataannya yang dibuat Senin (28/7) sekitar pukul 18.00 waktu setempat, Bisma Sandhi Yudha menyebut bahwa situasi di sekitar Jembatan Liang (Kota Bangun) sedang mencekam dikarenakan overload karena macet.
Bersama pacarnya, Bisma Sandhi Yudha mengaku terjebak di tengah jembatan, sementara besi-besi kerangka jembatan berbunyi, berdenyit seakan mau lepas. “Dan jembatan bergoyang hebat. Setelah jembatan berderit makin keras semua pengendara panik meninggalkan motornya. Ya Allah minta doa teman-teman busam (grup Bubuhan Samarinda, red) semoga tidak terjadi apa apa,” kata dia.
Dari foto yang diunggahnya, jembatan yang dimaksud adalah Jembatan Martadipura atau Jembatan Abu Nawas. Jembatan tersebut, sejak diselesaikan pembangunannya pada 20 Desember 2004 silam, hingga sekarang, belum difungsikan sebagai sarana transportasi, karena jalan pendekat menuju Desa Sebelimbingan, Kecamatan Kenohan belum terbangun.
Selain Jembatan Martadipura, ada juga Jembatan Pela di Sungai Pela yang menghubungkan Sungai Mahakam ke Danau Semayang. Jembatan berwarna kuning tersebut juga tak berfungsi dan dijuluki Jembatan Abu Nawas 2. Jalan pendekat Jembatan Pela di sisi Hilir terputus. Berbeda dengan Jembatan Martadipura, Jembatan Pela jarang dijadikan sebagai tempat rekreasi. Yang ada hanya burung-burung pemakan ikan yang tampak sering hinggap.
Selama ini, jembatan tersebut cuma dijadikan sebagai tempat rekreasi. Terlebih pada hari libur, banyak pasangan muda-mudi yang memadu kasih di tempat tersebut. Terlebih pemandangan indah dapat terlihat saat berada di Jembatan. Karena menjadi tempat rekreasi, terkadang jembatan tersebut juga dijadikan sebagai tempat mesum di malam hari. Tak heran pada hari libur seperti lebaran, jembatan tersebut penuh sesak.
Pernah diwartawakan, jalan pendekat dari sisi Kota Bangun juga mengalami kerusakan. Baut-baut jembatan hilang. Bahkan jembatan pernah mengalami pergeseran. Jembatan itu sendiri dibangun oleh kontraktor PT Hutama Karya pada 06 Agustus 2001 dengan menggunakan anggaran Rp 117,1 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kukar.
Cerita nyaris runtuhnya Jembatan Martadipura, mengingatkan akan peristiwa pilu pada 26 November 2011 silam. Di mana salah satu ikon kebanggaan warga Kukar, Jembatan Kukar di Tenggarong runtuh, menenggelamkan puluhan kendaraan roda dua dan empat serta mengakibatkan puluhan nyawa melayang.
Hingga saat ini, belum ada informasi resmi yang didapat dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar terkait kondisi jembatan yang nyaris runtuh. Para pejabat di lingkungan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kukar belum terlihat ngantor karena tengah libur lebaran. [] RedHP