GAZA – Israel melancarkan serangan ke sebuah gedung sekolah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza yang menampung pengungsi, walau sudah diperingatkan warga sipil yang berlindung di sana.
Seorang juru bicara United Nations Relief And Works Agency (UNRWA), Badan PBB untuk urusan Pengungsi Palestina, Chris Gunness, mengatakan anak-anak dibunuh ketika mereka sedang tidur bersama orang tuanya di ruang kelas di Jabaliya yang jadi tempat penampungan pengungsi.
Dia menambahkan Klik Israel sudah diberitahu sampai 17 kali kalau sekolah itu dihuni penduduk sipil yang mengungsi. “Terakhir kalinya beberapa jam sebelum serangan yang mematikan. Pengkajian awal kami menyimpulkan meriam Israel adalah yang menghantam sekolah kami,” tegasnya.
Sedikitnya 16 orang tewas dan lebih dari 90 lainnya cedera. Militer Israel mengatakan penyelidikan awal menemukan bahwa tentara membalas serangan roket kelompok militan yang berasal dari ‘sekitar sekolah’. Israel mengatakan operasinya sebagai balasan atas tembakan roket dari Gaza ke wilayah mereka.
TOLAK GENCATAN
Seorang komandan militer Hamas menolak anggapan bahwa milisi Palestina siap melakoni gencatan senjata dengan Israel untuk mengakhiri kekerasan di Gaza.
Berbicara kepada kantor berita Associated Press, komandan sayap militer Hamas, Mohammad Deif menyatakan: “Kami tidak menerima syarat apapun untuk gencatan senjata. Tidak akan ada gencatan senjata tanpa penghentian agresi dan penghentian pengepungan.”
Para anggota milisi Hamas, sambungnya, berhasrat untuk mati. Kata-kata Deif mengemuka bersamaan dengan munculnya video Hamas yang menampilkan sejumlah milisi Palestina menggunakan terowongan untuk menyerang seorang prajurit Israel.
Israel berkeras keberadaan terowongan-terowongan itulah yang menjadi alasan mengapa mereka terus melakoni operasi militer dengan nama sandi Operation Protective Edge.
Angkatan Bersenjata Israel (IDF) menyatakan akan melanjutkan upaya penghancuran terowongan begitu gencatan senjata tercapai. Sebelumnya, seorang figur senior di Tepi Barat, Yasser Abed Rabbo, mengatakan gencatan. Israel menggempur Gaza Klik secara intensif pada Selasa (29/07).
Akibat serangan itu, berdasarkan keterangan Otorita Palestina, menewaskan lebih dari 100 orang. Di antara para korban terdapat tujuh keluarga yang seluruh anggotanya meninggal dunia.
Secara keseluruhan, sejak konflik berlangsung pada 8 Juli lalu, jumlah korban tewas di pihak Palestina mencapai lebih dari 1.200 orang. Di sisi Israel, sebanyak 55 prajurit tewas. Dua warga sipil Israel dan seorang pekerja asal Thailand turut meninggal.
Badan bantuan PBB, UNRWA, mengatakan tengah menangani lebih dari 200 ribu orang yang berlindung di sejumlah tempat penampungan. UNRWA menambahkan sejumlah staf mereka ikut menjadi korban serangan.
Gempuran Israel yang diklaim mengenai 110 target, menghancurkan berbagai infrastruktur hancur, seperti pembangkit listrik utama di Jalur Gaza. Fasilitas yang merupakan satu-satunya di kawasan tersebut berhenti beroperasi ketika tembakan tank Israel merusak tangki bahan bakar.
Setelah hangus dilalap api, menurut manajer pembangkit listrik kepada BBC, fasilitas tersebut amat mungkin berhenti mengalirkan pasokan listrik ke Jalur Gaza selama setahun. Serangan Israel juga menghancurkan stasiun televisi dan stasiun radio yang dikelola Hamas, tiga masjid, empat pabrik, dan sejumlah kantor pemerintah.
Pelabuhan Gaza rusak dan dua sekolah serta satu taman kanak-kanak terbakar, kata sumber keamanan. [] BBC/TE