KUTAI KARTANEGARA – Penyelidikan kasus pembunuhan PNS Kukar asal Samarinda Muniarti Jasmi (40) masih bergulir. Polres Kukar mulai menyusuri dugaan dan kemungkinan-kemungkinan yang muncul.
Kapolres Kukar AKBP Mukti Juharsa, melalui Kanit Pidum Polres Kukar Ipda Arianto berupaya memeriksa suami korban, Sapto Haryadi (41). Sayangnya hingga kini Sapto mengaku masih trauma atas tewasnya sang istri di semak-semak Kilometer 10, Jalan Poros Jahab-Kota Bangun Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong, Sabtu (18/4).
Langkah Polres meminta keterangan Sapto untuk dibuatkan berita acara pemeriksaan (BAP) awal. Pemeriksaan, kata Arianto, dimulai dari dalam rumah. “Dimintai keterangan, apa yang terjadi sebelum kejadian, dan sebelumnya lagi. Itu saja,” ucap Arianto.
Sejauh ini, belum ada bukti signifikan yang mengarah ke tersangka. Yang jadi pegangan hanya bukti yang melekat pada tubuh korban kala ditemukan. Selebihnya, menunggu hasil autopsi di Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya.
“Saya tak ingin banyak berkomentar karena masih dalam tahap penyelidikan,” ujar Arianto.
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Kukar AKP Ida Bagus ketika ditanya mengenai dugaan jumlah pelaku, ia enggan berspekulasi. Sebab bisa saja pelaku lebih dari seorang mengingat korban menumpang mobil ke Tenggarong.
Ada pula kabar Muniarti terlihat di sebuah warung di Kukar saat kejadian. Ditambah lagi Muniarti mengirim pesan blackberry messenger ke temannya yang mengabarkan kalau dia sudah tiba di Tenggarong. Ada juga dugaan Muniarti dibius sehingga pesan itu bukan dikirim Muniarti.
“Hal tersebut masih belum pasti karena masih didalami,” tegas Bagus.
Soal pergi ke warung, kata Bagus, si pemilik membenarkan. Tapi tak ingat pasti apakah Muniarti menyambangi warung di hari pembunuhan. Di mana lokasi warung tersebut, Bagus enggan mengungkapkan.
Kata Bagus, hasil autopsi dikirim ke labfor untuk menggali apa benar Muniarti dibius sebelum dibunuh. Sebab, tak ada tanda-tanda perlawanan seperti kancing baju putus atau baju robek.
Termasuk memeriksa apakah ada sperma di alat kelamin korban. Diketahui, keadaan alat kelamin korban normal dan sedang menstruasi.
Muniarti merupakan PNS golongan III C di bagian staf usaha industri di Disperindagkop Kukar. Ia bersama PNS Kukar asal Samarinda lainnya terbiasa kerja dengan menumpang mobil dari Kota Tepian ke Tenggarong. Begitu juga saat pulang ke Samarinda.
Kebiasaan itu terjadi sejak sebelum Jembatan Kartanegara runtuh. Alasannya agar tidak lelah di perjalanan dan menghemat biaya. [] KP