PALANGKA RAYA – Meskipun jumlah tenaga medis, seperti dokter, telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan di Kota Palangka Raya, namun tersebar tidak merata. Tenaga kesehatan justru menumpuk di wilayah perkotaan, sedang di tempat terpencil, cenderung ditinggalkan.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palangka Raya, Tiur Simatupang, Senin (8/6) lalu. Menurut dia, pelayanan kesehatan bagi masyarakat daerah terpencil di Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), penempatan tenaga kesehatan tersebut menjadi kendala serius. “Jika dilihat dari jumlah pegawai, tenaga kesehatan kita aman dan mencukupi. Cuma yang menjadi kendala itu dari sisi pendistribusian, kita mengalami masalah,” kata Tiur Simatupang.
Ia mengatakan, pelayanan kesehatan dilihat dari jumlah pegawai sangat mencukupi. Hal itu didasarkan pada dari seluruh anggaran kesehatan, 65 persennya digunakan untuk pembayaran gaji pegawai. “Jika dilihat dari 65 persen anggaran hanya untuk gaji pegawai, sementara sisanya untuk operasional. Padahal seharusnya 40 persen untuk gaji dan 60 persen operasional,” katanya.
Sebelumnya, kata dia, Dinkes telah melakukan penetapan petugas kesehatan secara merata. Namun sebagian pegawai memilih pindah tugas ke wilayah yang lebih dekat dengan kota. “Kalau kita dari dinas memang sudah menetapkan harus ada petugas kesehatan yang ada di sana, tetapi karena ada kebijakan dan lain hal kita mengalami kendala itu,” katanya.
Ia mengatakan, Kota Cantik” Palangka Raya dalam penanganan kesehatan dibagi menjadi tiga wilayah, yakni daerah perkotaan, pedesaan dan terakhir wilayah yang harus ditempuh melalui jalur sungai. “Untuk kota semua sudah bisa dilalui darat dan aman untuk keberadaan petugas kesehatan. Untuk daerah kelurahan Rakumpit dan Takaras ke atas jalurnya beda karena harus melalui jalur sungai. Jadi pegawai di sana kurang,” katanya.
Saat ini, Dinkes Ibu Kota Kalteng, Palangka Raya memiliki 10 mobil puskesmas keliling dan ditambah dengan speed boat untuk operasional kesehatan jalur sungai. “Puskesmas keliling yang menggunakan speed boat itu kita pakai untuk Kelurahan Rakupit karena di sana hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai. Jadi kita lakukan pelayanan sekali sebulan ke masing-masing kelurahan,” katanya.
Jumlah pegawai yang ada dalam tim keliling itu terdiri dari 10 orang termasuk dokter. Tim itu melakukan kunjungan ke tujuh kelurahan di Kecamatan Rakumpit sesuai jadwal yang ditetapkan. Ke depan ia berharap anggaran kesehatan semakin ditambah agar penanganan kesehatan di wilayah terpencil semakin maksimal.
“Karena anggarannya besar, jadi kita hanya dapat mengunjungi sekali sebulan. Artinya tujuh kali kita jalan dalam sebulan. Sekali jalan untuk kelurahan terdekat minimal menghabiskan tiga juta dan untuk kelurahan yang jauh biayanya juga semakin besar,” katanya. [] ANT