MUSIBAH karamnya kapal kembali terjadi. Kali ini terjadi di selat Makassar dan dialami Kapal Motor (KM) Titian Muhibah, kapal barang yang bertolak dari Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim), menuju Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Musibah tersebut terjadi pada Selasa (9/5/2015), antara pukul 24.00-01.00 WIB. Posisi tepat tenggelamnya kapal diperkirakan pada koordinat 01 derajat 07 menit 3 detik lintang utara dan 118 derajat 43 menit 2 detik bujur timur.
Kapal kayu berukuran panjang 12 meter dan lebar 2,8 meter itu berangkat dari pelabuhan yang berada di Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang Selatan, Bontang, Senin (8/6) sekitar pukul 13.30 Wita dan seharusnya tiba Selasa, dengan waktu tempuh sekitar 30 jam. KM Titian Muhibah yang diketahui merupakan kapal berizin pengangkut barang itu seharusnya hanya mengangkut barang, namun kenyataannya membawa penumpang yang cukup banyak, diperkirakan mencapai seratus orang lebih, termasuk Anak Buah Kapal (ABK).
Kejadian tenggelamnya kapal sendiri baru diketahui pada Rabu (10/6). Saat itu beberapa penumpang yang selamat berhasil diselamatkan nelayan dari Mamuju. Sementara Rusmini, warga Gang Tipalayo, Kelurahan Berbas Tengah, kerabat salah satu penumpang kapal mengaku menerima informasi tenggelamnya KM Titian Muhibah, Rabu (10/6/2015) pukul 15.00 Wita.
Informasi ini awal dikira hoax, namun Rusmini memastikan bahwa tengelamnya kapal tersebut benar adanya. Rusmini sudah berkomunikasi langsung dengan kerabatnya, Muhdar (35), seorang korban KM Titian Muhibah yang selamat. “Katanya sudah ada 3 penumpang ditemukan, yang lain belum tahu. Informasinya dari Muhdar, sore tadi (Rabu, red), sekitar pukul 16.00 Wita,” ungkap Rusmini ditemui di kediamannya.
Muhdar, kata Rusmini ditemukan di atas sebatang kayu di perairan Mamuju, setelah sempat mengapung di lautan sekitar 5 jam. Selain Muhdar, penumpang lain yang dikabarkan sudah ditemukan selamat, Sandri (13) dan seorang lagi belum diketahui namanya. Pengakuan juga senada disampaikan Nurhan, warga Jalan Delima 1, Berebas Tengah, Bontang Selatan. Nurhan kerabat Muhdar mengaku mendapat kabar tenggelamnya KM Titian Muhibah, sekitar pukul 16.00 Wita. “Infonya baru Muhdar yang ditemukan, yang lain belum tahu kabarnya,” beber Nurhan.
Informasi yang diterima keluarga korban di Bontang tersebut memang benar adanya. Dari data yang dikumpulkan di Kantor Search and Rescue (SAR) Balikpapan, sebanyak lima orang penumpang telah ditolong terlebih dahulu oleh nelayan dari Sulawesi Barat dan dalam kondisi selamat. Mereka ada di Mamuju sekarang. Belakangan, sebanyak
Sementara sebanyak 34 penumpang lainnya, di antaranya termasuk ABK, terdiri dari 13 lelaki dewasa, 13 perempuan dewasa, 3 anak laki-laki, dan 3 anak perempuan, dan 1 orang tua, berhasil diselamatkan United States Ship (USS) Rushmore, kapal perang Amerika Serikat jenis landing ship deck yang sedang melintas di Selat Makassar. Para korban ditemukan setelah 30 jam mengapung di laut lepas.
Saat ditemukan, korban mengalami dehidrasi, karena banyak yang menahan tak minum. Satu orang diketahui mengalami luka terbuka. Untung saja di USS Rushmore, para korban tersebut mendapatkan pertolongan yang memadai. Selain diobati, mereka juga diberi makan dan minum.
BERTAHAN SELAMA 40 JAM
Perjuangan berat dialami para penumpang KM Titian Muhibah, kapal kayu yang tenggelam. Mereka yang selamat harus berjuang, terombang-ambing di lautan lepas selama 40 jam lebih sebelum ditolong kapal perang AS, USS Rushmore. “Kami berpegangan pada kayu yang kebetulan banyak tumpah dari kapal yang tenggelam,” tutur Irma (18 tahun), salah seorang penumpang yang ditemui beberapa saat setelah tiba di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kaltim, Kamis (11/6).
Irma dan 34 korban lainnya dijemput oleh kapal Rescue Boat (RB) 215 milik Basarnas dari USS Rushmore dan dievakuasi lanjutan ke Balikpapan. Setelah mengantar rombongan pertama ini, kapal RB 215 kembali ke laut untuk menjemput rombongan kedua yang masih ada di kapal perang tersebut. Dia menceritakan, satu batang balok atau papan dipegang bersama 4-5 orang. Mereka juga saling menjaga dan saling menguatkan. Selama itu juga semua bertahan dengan memakan sejumlah makanan yang sedianya menjadi bekal mereka dalam perjalanan Bontang-Mamuju tersebut. “Ada roti, snack (makanann ringan), yang juga ikut tumpah ke laut. Itu kami pungut lagi dan kami makan bersama,” tambah Nabil (20), penumpang lainnya.
Namun demikian, tidak ada air tawar dan mereka terpaksa tidak minum hingga 40 jam tersebut. Dari mereka yang tiba di Pelabuhan Semayang, terlihat sebagian besar adalah remaja dan lelaki dewasa yang berbadan tegap. Akhirnya mereka yang mengapung-apung di laut itu ditolong oleh kapal USS Rushmore pada Rabu (10/6) sore sekira pukul 17.00 Wita. Dihitung kemudian jumlah mereka yang berhasil ditolong sebanyak 65 orang.
Di kapal perang itu, para penumpang selamat diberi air dan makanan, juga handuk untuk mengeringkan badan. Mereka yang mengalami luka-luka mendapat perawatan. “Ada lima penumpang lainnya ditolong oleh kapal nelayan dan dibawa ke Mamuju,” kata Direktur Direktorat Polisi Perairan Polda Kaltim Kombes M Yassin Kosasih saat ditemui di Pelabuhan Semayang.
Berkat pertolongan kapal perang Amerika Serikat itu, kondisi korban saat tiba di Pelabuhan Semayang sudah terlihat cukup sehat secara fisik. Meskipun tampak kusam terbakar matahari, sebagian mereka bisa bercerita dengan lancar. “Pertolongan pertamanya sangat baik. Mereka diberi air yang banyak sehingga cepat pulih,” kata dr Siti Hatijah, dokter dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Semayang Balikpapan.
Di sisi lain, Irma mengaku melihat tubuh sepupunya berusia 8 tahun dan tantenya, sudah tidak bernyawa lagi. Seperti mereka juga, jasad keduanya terapung-apung di laut dan Irma yang kondisinya lemah tidak dapat berbuat apa-apa.
Penumpang yang juga kehilangan anggota keluarga adalah Kabul. Pria berusia 40 tahun ini istri dan tiga anaknya menjadi penumpang KM Titian Muhibah. “Saya tidak tahu mereka ada di mana,” kata Kabul dengan tatapan kosong.
Kehilangan anggota keluarga juga menimpa Wawan (35 tahun), tetapi ia bukan penumpang kapal nahas tersebut. Menurut Wawan yang datang dari Bontang ke Pelabuhan Semayang, istri, dua anak dan ibu mertuanya menjadi penumpang KM Titian Muhibah. Namun, ia tidak menemukan ketiganya diantara korban selamat yang ditolong USS Rushmore.
Dari data terakhir, Kamis (11/6), korban selamat yang tercatat di Badan SAR Nasional (Basarnas), sebanyak 73 orang, masing-masing 65 orang sudah berada di Balikpapan, lima orang di Mamuju dan tiga orang lagi berada di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Mamuju. Dari 65 orang yang berada di Balikpapan, sebanyak 38 orang dalam keadaan baik dan posisinya di posko sementara, sedang 27 orang lainnya dibawa ke rumah sakit karena masih trauma dan dirawat,” kata Iskandar.
Ada juga yang sekarang masih dirawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Balikpapan, yakni sebanyak 34 penumpang. Mayoritas penumpang yang dirawat itu dalam kondisi sehat, hanya anak-anak dan orang lanjut usia tiba dalam kondisi lemas, sehingga harus dibantu oleh oksigen.
Abdul Halim (50) penumpang mengatakan dirinya hanya mengalami pusing dan ada beberapa luka kecil di kaki dan tangan. Keluarga korban melihat data korban di rumah sakit umum daerah Balikpapan, Kamis (11/6/2015). “Hanya pusing saja dan kaki tangan ada luka kecil tidak tahu penyebabnya,” kata Halim dengan logat bugis sangat kental.
LANGGAR PERIZINAN
Sementara Unit Pelayanan Pelayaran atau Kesyahbandaran Bontang, Kaltim, menyatakan Kapal Motor Titian Muhibah yang mengalami kecelakaan di perairan Sulawesi telah melanggar perizinan, dari seharusnya kapal barang tetapi digunakan mengangkut penumpang.
Kepala Seksi Unit Pelayanan Pelayaran (UPP) Bontang Sihombing kepada wartawan di Bontang, Kamis (11/6), mengungkapkan kelengkapan dokumen KM Titian Muhibah dikeluarkan Dinas Perhubungan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. “Dokumen itu menyatakan KM Titian Muhibah sebagai kapal dagang dengan kapasitasnya memuat buah-buahan dan sembako asal Mamuju. Sebelum berlayar, nahkoda kapal melapor ke syahbandar akan kembali berlayar ke Mamuju pada Senin tanpa muatan barang dan penumpang,” katanya.
Dari hasil inspeksi sebelum berlayar, kapal kayu berukuran panjang 12 meter dan lebar 2,8 meter itu dinyatakan laik untuk berlayar dengan laporan navigasi, perlengkapan keselamatan dan mesin dalam kondisi baik. “Aktivitas pelayarannya tidak sesuai seperti yang dilaporkan. Ternyata kapal itu malah mengambil penumpang hingga puluhan orang dan ini di luar tanggung jawab kami karena sudah menyalahi prosedur pelayaran. Yang jelas, kami merasa kecolongan dengan kejadian ini,” tambah Sihombing.
Data di UPP Bontang mencatat KM Titian Muhibah diawaki lima orang, yakni Halim (nahkoda), Yusuf, Anca, Kudrani, dan Ismail. [] ANT/TBK