TARAKAN – Sebuah operasi bernama Perisai Sakti 2015 digelar untuk mengamankan teretorial Indonesia di perbatasan, khususnya di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Ada tiga unit pesawat tempur F16 dari Madiun yang tiba di Tarakan, Kaltara, Rabu (10/6/2015). Tiga unit pesawat tempur dan beberapa alutista lainnya seperti Kapal perang Tentara Nasional Indonesia (TNI) TNI Angkatan Laut (AL), pesawat Boeing 737, pesawat tempur Sukhoi 27/3, dan Heli Puma sengaja didatangkan untuk mensterilkan wilayah perbatasan Republik Indonesia (RI)-Malaysia di sekitar perairan Ambalat.
Sebanyak 80 personil dilibatkan dalam operasi gabungan TNI ini. Tim mendirikan Pos di Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) dan di Bandara Kelas I Juata Tarakan. Operasi ini dimaksudkan agar keadaan laut, udara dan darat diwilayah perbatasan aman dari gangguan luar. Tiga pesawat tempur F16 dari Madiun hanya memakan waktu sekitar 2 jam untuk sampai di Kota Tarakan. Rencananya besok tim akan melakukan monitoring di Ambalat melalui udara. Pesawat tempur yang dilengkapi rudal ini di bawah kendali komandan skuadron Madiun, Letlkol Pnb Anjar Lenggowo.
Saat ditemui Anjar Lenggowo menjelaskan, keberadaan mereka di Tarakan dan kawasan perbatasan atas perintah pimpinan guna memantau keamanan perbatasan melalui udara. Kawasan perbatasan Ambalat masih diklaim Malaysia sebagai wilayahnya. Hingga 27 kali pertemuan antara RI-Malaysia belum ada titik terang, karenanya pengamanan di perbatasan diperketat.
Tim yang terjun dalam operasi ini akan tinggal di Tarakan dengan waktu yang tak ditentukan, hingga menunggu perintah Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Danlanud Tarakan Letkol Pnb Tiopan Hutapea menegaskan, mempertahankan NKRI adalah tugas TNI dan tidak boleh satu kengkalpun diambil Malaysia.
Lanud Tarakan sebagai pangkalan udara terdepan di Utara Kalimantan, merupakan Lanud Aju, yang siap mendukung setiap operasi penerbangan, baik gabungan TNI maupun mandiri guna menegakkan Kedaulatan Negara di perairan Ambalat dan wilayah udara.
PERLU PESAWAT
Sementara, untuk mengatasi permasalahan perbatasan Ambalat yang masih diklaim oleh Malaysia, Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Tarakan berharap status Lanud Tarakan dari tipe C bisa naik manjadi B. Hal ini menjadi salah satu persyaratan untuk memiliki pesawat tempur sendiri, jika itu terwujud bisa lebih efektif dalam melakukan monitoring wilayah perbatasan dari jangkauan udara.
Tiopan Hutapea, Danlanud Tarakan saat ditemui Kamis (11/6/2015) menjelaskan bahwa selama ini kendala Lanud Tarakan belum memiliki pesawat tempur sendiri. “Ketika terjadi pelanggaran wilayah udara, kami koordinasi lebih dulu ke skuadron II di bawah pimpinan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II Indonesia Bagian Timur yang berkedudukan di Makassar. Kendala kami hanya belum memiliki pesawat tempur, karena salah satu persyaratannya status tipe C Lanud Tarakan harus naik menjadi tipe B,” jelas Tiopan Hutapea.
Selain penambahan sarana alutista bila tipe Lanud Tarakan naik menjadi tipe B, tentunya sebagai homebase di perbatasan juga perlu satu bataliyon khas udara yang berfungsi perkuat pertahanan. Menurut Marsekal Muda TNI Barhim, wilayah Lanud Tarakan memang sudah masuk planning untuk ditingkatkan kelasnya dalam waktu yang tidak lama lagi.
Mengingat Tentara Malaysia sering melakukan pelanggaran wilayah. Pelanggaran selalu terjadi saat tidak ada operasi gabungan. Sementara pesawat perang milik militer Malaysia diketahui masuk wilayah udara Indonesia, terutama di kawasan udara Ambalat, tanpa izin. Hingga Mei 2015, sebanyak 9 penerbangan yang melanggar wilayah udara.
Penetrasi seringkali dilakukan pesawat Malaysia. Sebanyak sembilan kali pesawat militer negeri jiran, lepas landas dari Tawau dan memasuki wilayah Indonesia di atas perairan Ambalat. Pesawat itu bisa leluasa memasuki batas wilayah Indonesia dan mengudara hingga 30 menit di atas perairan Nusantara. Mereka diperkirakan sudah melakukan perhitungan, bila pesawat TNI AU akan mencegat, membutuhkan waktu satu jam lebih untuk mencapai Ambalat, setelah lepas landas dari Lanud Hasanuddin, Makassar.
Danlanud Tiopan Hutapea mengeluhkan sulitnya mengintersep pesawat nakal yang memasuki Indonesia tanpa ijin. Hal ini karena pesawat tempur yang bersiaga, jauh letaknya dari Tarakan. Untuk menintersep, butuh waktu 1 jam dari Makassar atau 1 jam lebih pesawat melesat dari Madiun.
Setelah adanya infiltrasi pesawat asing itu, Danlanud meminta disiagakan pesawat tempur di Tarakan. Saat pesawat tempur disiagakan, tidak ada penyusup yang memasuki wilayah Ambalat. Namun setelah pesawat tempur ditarik kembalimke pangkalannya, penyusupan pesawat asing terjadi lagi. Idealnya ditempatkan minimal satu skuadron penyergap di Lanud Tarakan. [] TBK/BK