PT Total E&P Indonesia (TEPI) sejak Sabtu (25/7/2015) lalu mengoperasikan jaringan pipa baru berdiameter 12 inch yang dibangun sepanjang 12,6 kilometer dari anjungan BA, di Lapangan Bekapai ke anjungan SWP-K di Lapangn Peciko, Blok Mahakam.
Dengan beroperasinya baru berkapasitas 100 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) tersebut, akan mengurangi beban pada jaringan lama pipa ekspor minyak dan gas Bekapai-Senipah berdiameter 12 inch yang ada saat ini.
Selain itu, produksi gas Bekapai di Blok Mahakam juga meningkat menjadi 50 (MMSCFD) sejak 29 Juli 2015 lalu. Bahkan diperkirakan, produksinya akan akan terus meningkat jadi 75 MMSCFD setelah dilakukan kegiatan perawatan sumur pada akhir Juli 2015 ini.
Seperti disampaikan Hardy Pramono, President & General Manager Total E&P Indonesia (TEPI) melalui Aji Wirantoro, Humas TEPI Balikpapan, dalam siaran persnya yang dikirim via surat elektronik ke redaksi Berita Borneo, Selasa (4/8).
Menurut Hardy Pramono, telah beroperasinya jaringan pipa baru antar anjungan tersebut merupakan kemajuan dari Proyek Bekapai Fase 2B yang dikerjakan TEPI. Sementara ajungan BA dan anjungan SWP-K merupakan lapangan minyak dan gas bumi (migas) yang berada di Blok Mahakam, dikelola TEPI selaku operator (50%) dan Inpex Corporation (50%) di bawah pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu (SKK) Migas.
“Kami dengan gembira mengumumkan bahwa keseluruhan kegiatan, mulai dari pengadaan barang dan jasa, engineering, fabrikasi, instalasi, pre-commissioning, commissioning maupun start up, berjalan sangat aman, tanpa Lost Time of Injuries atau zero LTI ,” kata Hardy Pramono.
Dia menambahkan start up ini terjadi satu minggu lebih cepat dari komitmen Ready for Start Up (RFSU), yaitu 1 Agustus 2015, seperti yang tertera pada persetujuan final investment decision (FID). “Juga menghemat biaya sebesar US$ 10 juta (lebih dari Rp 130 miliar),” katanya sembari mengatakan bahwa suksesnya proyek Bekapai Fase 2B, lanjut Hardy, menjadi prestasi penting yang terwujud berkat tekad kuat, profesionalisme, dan kerjasama yang sangat baik dari semua pihak yang terlibat.
Diterangkan pula bahwa proyek Bekapai Fase 2B juga mengalami kemajuan pada penyelesaian kegiatan paket modifikasi anjungan pada anjungan BA, PP, BG, dan modifikasi anjungan SWP-K, melalui tujuh Operasi Simultan (Simultaneous Operation) yang berjalan aman, dengan melibatkan lebih dari 120 titik sambung (tie-ins) dan durasi shutdown yang lebih singkat dengan total hanya 11 hari. “Setelah modifikasi ini, anjungan BG yang telah diperluas mampu menampung lima sumur baru melalui tiga slot sumur baru. Saat ini, proyek Bekapai Fase 2B masih melakukan kegiatan terakhir di laut pada anjungan BL,” papar Hardy.
Terkait tantangan utama pada proyek ini, lanjut Hardy, adalah seluruh kegiatan proyek berlangsung di anjungan-anjungan yang masih bekerja (SIMOPS) sambil tetap menjaga produksi dari lapangan Bekapai tanpa mengesampingkan keselamatan, dan juga meminimalkan penurunan produksi, serta meningkatkan optimasi biaya proyek.
Pihak TEPI berharap, sumur-sumur baru di anjungan BL dan BG dapat segera berproduksi (Put On Production/POP). Dua sumur sudah dibor di anjungan BL dan akan berproduksi pada pertengahan September 2015. Empat sumur akan dibor di anjungan BG dengan estimasi produksi gas pada Desember 2015.
Proyek Bekapai 2B akan meningkatkan produksi gas di lapangan itu menjadi 100 MMSCFD dan mempertahankan produksi minyaknya sebanyak 12.430 BOD. Produksi tersebut akan menyumbang secara signifikan kepada target produksi tahunan Total E&P Indonesie sejumlah 1.700 MMSCFD untuk gas dan 63.700 BOD untuk minyak dan kondensat. [] Nursiah