KUTAI TIMUR – Buaya muara di Sangatta Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim) sudah patut disebut sebagai monster yang menebar ketakutan. Korbannya terus berjatuhan, tak pandang bulu, perempuan, lelaki, orang tua dan anak-anak, semua dimangsanya. Hal tersebut membuat perairan di sungai dan muara di Sangatta sangat berbahaya.
Minggu (16/8/2015), seorang warga yang tingal di Desa Swarga Bara, Kampung Jawa, Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta, menjadi korban terbaru. Ia tewas mengenaskan dengan tubuh terkoyak, ditenggelamkan di dasar Sungai Kabo.
Namanya Bongga Parabak (20), ia ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa di dasar sungai Kabo sekitar pukul 14.00 siang. Anak ke tujuh dari 10 bersaudara dari pasangan Ester dan Marten Ribo ini ditemukan dengan luka bekas gigitan buaya di paha sebelah kanan sekitar 500 meter dari lokasi mandi.
Informasi yang dihimpun, almarhum pergi mandi ke sungai di belakang rumahnya, yang berjarak 50 meter sekitar pukul 8.50 pagi. Namun hingga pukul 10.00 pagi, almarhum tidak kunjung pulang. Ester, ibu almarhum menyusul ke tempat anaknya mandi. Namun hanya ditemukan handuk dan peralatan mandi.
“Kami biasa mandi di sungai. Pagi tadi (kemarin, red), anakku mandi karena mau berangkat ke gereja. Karena lama, mamaknya pergi melihat. Ternyata tinggal sabun dan handuk saja di tepi sungai,” ungkap Marten.
Saat itu, lanjut Marten, ada warga yang melihat Bongga dimakan buaya. Separuh badannya diterkam dan dibawa masuk ke sungai. “Katanya dari paha ke kaki diterkam. Langsung ditarik masuk ke sungai. Saya langsung lapor ke polisi dan langsung dilakukan pencarian bersama Basarnas dan anggota TNI AL,” ujar Marten.
Berbekal senjata api AK 47, personel Lanal Sangatta, Basarnas dan Polsek Sangatta melakukan pencarian dengan menyusuri sungai Kabo yang bermuara ke perairan Muara Sangatta menggunakan perahu motor.
Mereka juga dibantu seorang pawang buaya. “Kami melakukan pencarian di sekitar lokasi hilangnya almarhum. Hal
ini menurut arahan dari pawang yang ikut membantu. Katanya tenggelam di sekitar situ saja. Kami melakukan penyisiran menggunakan pancing dengan pipa besi yang ditenggelamkan ke dasar sungai, kemudian diseret menggunakan perahu motor. Sekitar 500 meter dari tempat diketahui menghilang, korban ditemukan. Tubuhnya tenggelam di dasar sungai,” ungkap anggota Lanal Sangatta, Letnan Nasution yang ikut dalam pencarian.
Diduga, setelah menerkam, sang buaya melepaskan korban. Namun belum sempat memangsa, warga sekitar sudah ribut melakukan pencarian. Sehingga korban tenggelam di dasar sungai. Hal ini melihat dari luka yang diderita almarhum saat ditemukan.
“Saat ditemukan, jenazah almarhum masih lengkap. Tidak ada yang kurang. Hanya ada bekas luka gigitan di paha sebelah kanan. Ada pula luka di leher sebelah kanan, tapi itu luka karena terkena pancing besi saat dilakukan pencarian,” ujar Nasution.
Dari lokasi ditemukan, jenazah almarhum langsung dibawa ke rumah duka di desa Swarga Bara, dusun Kabo Jaya, untuk disemayamkan.
TAK ADA TANDA
Kepergian Bongga yang tidak disangka-sangka, menyisakan kesedihan mendalam bagi seluruh keluarga. Pria yang baru lulus dari SMK Nusantara Sangatta ini, tidak meninggalkan pertanda apapun sebelum kepergiannya.
Susan Parabak, sang kakak menuturkan, sebelum pergi mandi di sungai, sang ibu sempat berkata agar almarhum mandi bersama-sama mereka saja. Namun, tidak mau dan langsung pergi mandi seorang diri berbekal timba,
sabun dan handuk.
“Tak ada firasat atau pertanda. Tapi mamak saya yang merasa risau dan tak enak perasaan, pas malam harinya. Saat hilang itu, juga tidak terdengar suara teriak-teriak minta tolong atau keributan. Padahal jarak tepi sungai tempat kami mandi dengan rumah hanya sekitar 50 meter. Nggak menyangka juga, tadi pagi pertemuan terakhir,” ungkap
Susan.
Menurut Susan, mandi di sungai sudah biasa mereka lakukan sekeluarga. Karena air yang di rumah hanya digunakan untuk masak dan keperluan penting lainnya. Sedangkan untuk mandi dan mencuci, mereka menggunakan air sungai.
“Tahu kalau di sungai banyak buaya. Tapi selama ini tidak pernah diganggu buaya. Baru kali ini dan langsung menimpa keluarga saya,” ujar Susan.
Almarhum Bongga, kata Susan terbilang adik yang berprilaku baik di rumah. Sangat terbuka, humoris dan senang bergaul. “Kami sangat kehilangan. Semua keluarga sudah diberi tahu untuk berkumpul dan doa
bersama sebelum pemakaman,” kata Susan. [] TBK