BALANGAN – Saluran drainase yang dijanjikan berkali-kali oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, sejak Desember 2014 kepada warga Paringin Kota ternyata hanya janji-janji semata, dan kini tinggal kenangan sehingga warga menuding dinas PU tidak serius atasi banjir.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU setempat, Rahmadiah, Senin saat ditemui di kantornya mengatakan bahwa pengerjaan drainase yang semula dianggarkan sekitar Rp3 milyar oleh Dinas PU Provinsi Kalsel, tidak ada keterangan hingga kini.
“Kita sudah coba tanyakan kepada Dinas PU Provinsi, namun hingga kini kita belum mendapatkan jawaban mengenai rencana pembuatan drainase yang akan mengalirkan air di Paringin Kota menuju ke sungai besar,” ungkapnya.
Dilain pihak, warga yang berada di sekitar Pasar Modern Adaro di Kelurahan Paringin Kota, yang tidak tahu mengenai gagalnya pengerjaan drainase tersebut, terus berharap realisasi drainase berjalan sesuai janji Dinas PU, yaitu awal 2015 lalu dijanjikan kembali sekitar Agustus 2015.
Ketika hujan menguyur Balangan, pada Minggu (1/11) sore kemarin, yang menyebabkan rumah warga kebanjiran hingga 30 centimeter oleh kurang beresnya drainase wilayah perkotaan, perwakilan warga langsung mendatangi Dinas PU setempat menanyakan solusi banjir warga yang sudah berulang kali dijanjikan akan diatasi oleh Pemerintah Kabupaten Balangan, melalui Dinas PU, Senin (2/11).
Dari sana terbongkarlah bahwa saluran drainase yang di idam-idamkan akan menjadi solusi banjir warga Paringin Kota ternyata tidak jelas. Tak ayal hal ini mengundang kekecewaan warga khususnya para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat Aminnudin, Paimin dan Jamhari.
Sementara itu saluran yang baru saja dirampungkan Dinas PU setempat bukan malah memberi solusi, namun malah menambah debit tumpukan air semakin banyak menuju rumah warga, karena saluran tersebut memaksakan air untuk melawan arus yang deras, sehingga meluap ke perumahan.
Aminnudin mengatakan, dasar saluran itu lebih tingi dari saluran air yang datang, akhirnya menumpuk dan meluap menyeberang jalan menuju perumahan warga setempat.
“Seharusnya dalam pengerjaan saluran, Dinas PU setempat bermusyawarah dengan warga yang lebih tahu kondisi alamnya dan mengalami langsung banjirnya, bukan berdasarkan prediksi dan pemikiran sendiri, bahkan ketua RT setempat saja tidak tahu pengerjaan ini,” ujarnya.
Ridhan salah satu pegawai Dinas PU setempat mengutarakan, pengerjaan itu sudah sesuai dengan perencanaan yang ada, yaitu mengarahkan air menuju rencana pembuatan drainase yang akan dikerjakan oleh Dinas PU Provinsi, yang akan mengalirkan air hingga ke sungai.
“Ini sudah sesuai dengan perencanaan, karena airnya kita arahkan menuju drainase yang semula dijanjikan untuk mengarahkan air ke sungai,” tandasnya.
Kenyataannya, drainase yang didambakan kini tak ada kejelasan, sehingga warga menganggap solusi pengoptimalan drainase perkotaan hanya janji-janji kosong, dan solusi banjir warga gagal total.
Perwakilan warga Paringin Kota, Opi dan Roly yang datang ke Dinas PU setempat menyampaikan, agar Dinas PU lebih mengoptimalkan saluran yang sudah ada, bukan malah membuat saluran yang mewah namun tidak berfungsi, apalagi nihil seperti sekarang ini.
“Sejak pengerjaan Pasar Modern Adaro pada 2014 lalu, rumah warga sekitarnya mulai mengalami kebanjiran ketika hujan turun lebih dari 15 menit. Bahkan ketika musim kemarau panjang pun, parit warga tidak mengalami kekeringan, dan permukaan air sudah mencapai permukaan jalan, karena airnya tidak mengalir,” terangnya.
Setiap banjir lanjut Opi, kami harus menunggu dan mengikuti air turun, sambil membersihkan lantai-lantai rumah dari lumpur, karena jika sudah kering, akan butuh banyak air untuk membersihkan lumpur tersebut.
“Tak perduli pagi, siang, malam hingga dini hari, yang jelas kami menunggu air itu turun, yang memakan waktu berjam-jam setelah hujannya reda,” jelasnya.
Opi kembali menyampaikan kepada para pegawai Dinas PU, agar fungsi saluran warga dioptimalkan seperti sediakala, dan hendaknya mengikuti sifat alami air, yaitu dari dataran tinggi menuju dataran rendah, jangan disuruh air untuk memanjat ke saluran yang lebih tinggi agar bisa menuju saluran pembuangan air, ketusnya. [] ANT