SAMARINDA – MESKI telah digelar Rapat Dengar Pendapat antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda dengan pihak terkait pada Juni kemarin, namun hingga kini korban bencana amblasan tanah di Jalan Bung Tomo Perumahan Sungai Keledang Mas Baru, Samarinda Seberang, masih belum menemukan titik terang.
Saat ini, warga masih menunggu kepastian lanjutan penanganan bencana dari PT Sinar Mas yang merupakan tim pengembang yang sedang mengupayakan pemotongan gunung untuk mengantisipasi longsor. Bencana amblasan tanah di Perumahan Sungai Keledang Mas Baru berdampak pada 20 rumah yang berada di Blok BS, BW dan BR.
Ketua RT 20 Blok BS, Aspiransyah mengungkapkan PT Sinar Mas telah sebelumnya telah menyanggupi akan menyelesaikan tanah amblas tersebut pada akhir Juni 2023 saat melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD Samarinda. Namun, rencana tersebut meleset hingga belum ada terlihat pengerjaan di daerah longsor tersebut.
“Rencana perjanjian awal meleset, harusnya akhir Juni, namun yang turun baru alat bor saja,” keluhnya saat ditemui beritaborneo.com di kediamannya, pada Senin (10 Juli 2023).
Pasalnya amblasan tanah ini terus bergerak dan berdampak hingga ke Blok BR yang merupakan blok sebelah dari pusat amblasan. Terlebih keadaan cuaca di Kota Samarinda tidak menentu mengakibatkan amblasan tersebut makin parah.
“Rumah tersebut sebelumnya telah mengalami retakan, namun semakin parah dari sebelumnya,” jelasnya.
Hingga kini, Aspiransyah mengatakan hanya mesin bor untuk penelitian struktur tanah yang ada di lapangan, belum terdapat alat berat yang harusnya telah ada sejak minggu lalu. “Janjinya hari ini (10/07/2023) bakal datang alatnya, kita tunggu saja,” katanya.
Terpisah Camat Samarinda Seberang, Aditya Koespryogi mengatakan pihak pengembang sejak seminggu lalu telah melakukan pengeboran sedalam 30 meter untuk melakukan analisa tanah.
Pihaknya sudah malakukan konfirmasi dengan pihak pengembang, namun ternyata masih menunggu hasil analisa struktur tanah. “Semakin lama akan semakin parah, apalagi hujan sedang intens,” tuturnya.
Terkait pelebaran lokasi amblasan hingga ke blok sebelah. Aditya membenarkan bahwa retakan yang ada semakin parah.
Sebelumnya, retakan tersebut hanya vertikal, namun telah meningkat dengan terjadinya retakan horizontal. Keadaan ini semakin berbahaya untuk warga, pihaknya telah mengimbau warga untuk segera mengungsi.
“Harapannya semuanya dapat segera pindah, namun warga memiliki perhitungannya sendiri, kami tidak bisa memaksa,” ungkapnya.
Aditya menambahkan bahwa pihaknya akan terus berkoordinasi baik secara teknis maupun non teknis dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Samarinda Hero Mardanus. Terkait pengerjaan yang nantinya akan Pemkot Samarinda awasi melalui Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda.
“Kalau alat beratnya sudah sampai, tindak lanjutnya seperti apa akan kami terus koordinasikan,” jelasnya
Sementara itu, Land Acqusition, Permit, and Security Kalimantan Departemen Head, PT Bumi Samarinda Damai, Piratno mengatakan bahwa pihaknya sedang berupaya untuk segera melakukan pemotongan gunung.
Hal tersebut terjadi karena adanya kendala pada alat yang akan digunakan jenis eksavator, dan per hari ini, Senin (10/07/2023) alat tersebut telah berada di jalan menuju lokasi amblasan.
Piratno mengatakan keterlambatan tersebut dikarenakan pihaknya sedang menunggu hasil dari pengeboran yang masih dalam proses. “Kami akan mendatangkan tim teknis untuk melakukan perhitungan agar mengantisipasi bencana lanjutan,” tutupnya. []
Penulis : Hernanda Salsabila
Penyunting : Agus P Sarjono