DUA agenda besar dihelat di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada pekan ini. Agenda pertama adalah Kaltim Festival 2023 yang digelar Dinas Pariwisata Kaltim. Satu lagi adalah Organization Islamic Cooperation Culture Activity (OIC-CA) 2023. Kunjungan kebudayaan kerjasama negara-negara Islam.
Meski lingkup keduanya berbeda, namun sektor yang disentuh adalah sama. Yakni kebudayaan dan investasi. Kaltim Fest 2023 menjadi ajang promosi kebudayaan tingkat lokal provinsi. Sedangkan OIC-CA bertujuan untuk menampilkan beragam budaya yang menjadi ciri khas negara Muslim terbesar di dunia.
Momen gelaran Kaltim Fest yang dipusatkan di Convention Hall, Stadion Kadrie Oening, Sempaja, Samarinda tanggal 7 hingga 15 Juli 2023 dan kedatangan 57 delegasi dari negara-negara Islam di dunia mulai tanggal 7 hingga 14 Juli 2023, menjadi kesempatan bagi Benua Etam untuk memperkenalkan potensi dan kekayaan alam yang dimilikinya.
Di Kaltim Fest, sejumlah stand promosi dan penjualan disediakan. Baik untuk pemerintah, swasta hingga pelaku usaha menengah, kecil dan mikro. Tak hanya itu, beragam festival dan atraksi kebudayaan juga diberikan panggung di ajang tersebut. Kaltim Fest 2023 menjadi ajang informasi pembangunan daerah serta peningkatan ekonomi kreatif masyarakat.
Delegasi OIC-CA 2023 juga berkesempatan hadir di Kaltim Fest 2023. Mereka disambut tari-tarian, musik dan nyanyian khas Suku Dayak. Selain itu, kesenian dan kebudayaan dari daerah lain di Kaltim juga ditampilkan. Tentu saja delegasi OIC-CA patut terheran-heran dengan keberagaman budaya dan adat istiadat yang dimiliki Kaltim.
Terlebih, di provinsi ini juga terdiri dari banyak suku-suku. Baik suku Dayak dan Kutai sebagai suku asli, maupun suku Jawa, Bugis, Banjar, Madura dan lainnya sebagai suku pendatang. Mereka telah lama hidup berdampingan dengan tetap mempertahankan adat istiadat dan tradisinya masing-masing.
Yang menarik adalah ditunjuknya Kaltim sebagai tuan rumah penyelenggaraan agenda internasional OIC-CA. Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Dito Ariotedjo mengatakan, perhelatan ini sekaligus mempromosikan Ibu Kota Nusantara (IKN).
IKN sendiri berada di Kaltim, tepatnya di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Pemerintah pusat memang saat ini tengah serius menarik investor untuk ikut mendanai pembangunan IKN. Bahkan pemerintah juga sudah menyiapkan sejumlah insentif untuk meningkatkan minat investasi. Hal ini meliputi tax holiday, skema tax deduction, dan lain-lain.
Dan kedatangan delegasi OIC-CA selain memperkenalkan dan mempelajari kebudayaan di Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia, juga diharapkan tertarik untuk berinvestasi di IKN.
Beruntung, IKN berada di wilayah Kaltim. Provinsi yang selama ini terkenal dengan hetrogenitas sosialnya. Mulai agama, suku, budaya dan adat istiadat. Meski beragam, namun tetap terjaga, rukun dan damai. Gemah ripah loh jinawi, kata orang Jawa. Hal tersebut harusnya menjadi nilai plus bagi investor yang mementingkan jaminan keberlangsungan usahanya tanpa konflik.
Namun yang perlu diingat para pemangku kepentingan, jangan sampai karena terlalu ambisiusnya mewujudkan IKN, kearifan lokal dipinggirkan. Karena banyak sudah contoh yang terjadi. Di mana perusahaan-perusahaan luar daerah atau pun asing, bentrok dengan masyarakat setempat.
Pemicunya adalah ketidak-adilan, yang membuat warga lokal merasa terpinggirkan. Hal ini yang perlu digarisbawahi. Bahkan bila perlu dibuatkan sebuah regulasi yang dapat menjamin masyarakat lokal memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan ‘kue pembangunan’ dari IKN. Mungkinkah? (*)