KUTAI KARTANEGARA – Tokoh Budayawan Kutai Ari Danu Saputra yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Tinggi Adat Republik Indonesia (LEMTARI) Kutai Kartanegara (Kukar) mendorong eksplorasi potensi daerah dengan pembuatan film pendek. Tujuannya, agar nilai budaya dan adat Kutai semakin dikenal luas dan kelestariannya kian terjaga.
Hal itu disampaikan oleh Busu Danu, panggilan akrabnya, dalam sebuah wawancara di Warung Kopi Rakyat miliknya yang juga merupakan Sekretariat LEMTARI Kukar, Selasa (01/08/2023) di kelurahan Loa Ipuh, Tenggarong, Kukar, Kalimantan Timur (Kaltim).
Busu Danu mengungkapkan bahwa pembuatan film pendek yang mengangkat tema tentang budaya dan adat Kutai sangat dibutuhkan hari ini. “Karena kita sudah hidup di era digital, sehingga kita harus menyesuaikan dengan perubahan zaman. Keberadaan film pendek ini bisa menjadi alat atau media pengenalan budaya dan adat Kutai kepada generasi muda kita yang sangat ketergantungan dengan dunia digital,” ujar Busu Danu.
Selaku budayawan Kutai ia merasa prihatin melihat kondisi kelestarian budaya lokal saat ini, di mana generasi muda sudah sangat sedikit yang terlibat aktif dalam kegiatan budaya dan adat daerah. Menurutnya, perlu strategi dan cara baru untuk bisa membangkitkan lagi gairah generasi muda dalam pengembangan budaya dan adat Kutai.
“Pembuatan film pendek merupakan salah satu media publikasi pengenalan dan pengembangan budaya Kutai,” terang Busu Danu sembari menyeruput kopinya.
Busu Danu menambahkan, pembuatan film pendek tersebut bisa diambil dari kisah tentang legenda kisah rakyat Kutai, kisah budaya, pagelaran adat, serta bisa juga mengangkat cerita tentang tokoh-tokoh kepemimpinan daerah.
“Saya yakin pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bisa memfasilitasi generasi mudah kita dalam pembuatan film tersebut,” tuturnya.
Ia berharap putra putri Kutai dapat kreatif, produktif, inovatif dan berdaya saing dalam mengangkat budaya dan adat Kutai, terlebih Ibu Kota Nusantara (IKN) sudah akan bergeser ke Kaltim. “Maka jangan sampai budaya dan adat kita semakin tenggelam,” kata Busu Danu menutup wawancara.[]
Penulis: Wahyudi ǀ Penyunting: Hadi Purnomo