SAMARINDA – SALAH satu Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) yang turut memeriahkan ajang Samarinda Food Week, di halaman GOR Kadrie Oening, Sempaja, Samarinda, adalah Dapur Kiki. Dengan menu andalan puding dan pastry (roti dan kue), kehadiran Dapur Kiki mampu menyedot perhatian pengunjung Samarinda Food Week.
Maklum saja, kuliner rumahan yang berlokasi di Jalan AW Syahrani Gang 5 Nomor 2 Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu, Samarinda ini cukup dikenal masyarakat Kota Samarinda. Roti, cake, salad hingga puding produksi Dapur Kiki memiliki cita rasa tersendiri. Apalagi harganya bisa dibilang cukup ramah di kantong.
Ditemui beritaborneo.com di ajang Samarinda Food Week, di halaman GOR Kadrie Oening, Sempaja Samarinda, Rabu (9/8/2023), pemilik usaha Dapur Kiki, Rizki Maghfira Ardiani mengungkapkan sejak pertama berdiri pada tahun 2014 silam, dirinya hanya melayani pemesanan secara daring. Terlebih kala pandemi Covid-19 mendera.
Meskipun industri kuliner yang digarap secara rumahan ini mendapatkan cobaan pada tahun itu, Dapur Kiki masih tetap bisa eksis. Bahkan Dapur Kiki mampu melakukan inovasi dengan strategi pemasaran yang cukup baik. Salah satunya dengan menjajakan kuliner melalui platform media sosial.
Kiki -demikian perempuan berhijab ini akrab disapa, terus mengembangkan berbagai varian baru dalam produk kulinernya. Ia juga berinovasi agar bisa bersaing dengan industri rumahan lainnya. Misalnya, ia berinovasi dengan menambahkan unsur seni dalam menyiapkan puding ulang tahun. Atau membuat salad dengan bentuk seperti tortilla.
Di samping itu, ada beberapa puding yang dibuat seperti kaca sehingga buah tersebut terlihat mengapung. Untuk puding-puding tersebut, Kiki menerapkan harga yang cukup terjangkau. Mulai dari Rp 45 ribu hingga satu juta rupiah.
“Satu juta itu biasa request company besar semisal 60x60cm yang besar banget atau puding tumpeng bertingkat dengan full buah. Kita sebutnya Tumpeng Sultan,” katanya menjelaskan gambaran puding seharga satu juta rupiah itu.
Untuk membuat puding buah, Kiki menggunakan beragam varian buah. Seperti kiwi, mangga, strawberry, peach, longan atau lengkeng, lecci, pear dan anggur. Sebelum digunakan, buah-buahan tersebut harus dikupas terlebih dahulu.
Bahkan ia juga menjaga panganannya agar selalu fresh dan tidak membahayakan pelanggan yang mengkonsumsi kulinernya. “Dapur Kiki beda dari puding lainnya, di outlet ready stok setiap hari kita punya 90 macam varian dan semua dibuat fresh setiap hari tanpa bahan pengawet,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga bisa membuat sesuai pesanan customer. Bagi yang diet atau tidak mau banyak gula bisa diganti dengan tropicana (pengganti gula pasir). Tidak perlu takut lagi bagi yang memiliki penyakit diabetes bisa menikmati puding Dapur Kiki.
“Kita menyesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pelanggan. Kalau ada yang request nggak manis, kita ganti dengan gula tropicana,” ujarnya.
Rizki Maghfira Ardiani memulai karirnya dari broadcasting. Dia mengaku awalnya tidak suka memasak dan merasa terjebak oleh Ibunya yang suka memasak.
“Ibu yang suka masak. Saat itu ibu ada pesanan sepuluh puding, tiba-tiba ibu harus ke Jakarta. Tapi karena sudah ada pesanan, mau tak mau, ibu yang ada di Jakarta meminta saya yang membuat ke-sepuluh puding itu. Hanya melalui telepon saya mengikuti apa yang dikatakan ibu dalam membuat puding. Hasilnya, puding pesanan yang saya buat itu gagal semuanya,” kenang Kiki.
Ia kemudian mengakali bagaimana caranya agar puding itu tidak terlihat gagal. Memanfaatkan sisa buah yang tersimpan di kulkas, Kiki kemudian menghias puding tersebut dengan menaruh buah=buahan di atasnya.
“Padahal hari itu hanya puding coba-coba. bagi saya, ternyata hari itu saya menemukan terobosan dari kegagalan tersebut. Awal merintis juga belum bisa bikin puding ultah, jadi masih cake. Masih di tahap edukasi gitu untuk memperkenalkan ke orang-orang,” ingatnya.
Sebelum memilik pelanggan tetap, dahulu Kiki sempat berkelilingan GOR Sempaja sendirian untuk menjajakan kuliner buatannya. Tidak seperti sekarang ini, di mana dia sudah bisa buka stand dan ada toko sendiri, termasuk karyawan yang membantunya.
Mengenai kreasi menu dapurnya, Kiki mengaku mendapatkan ide berdasarkan trend yang sedang berkembang, terutama di Jakarta, Surabaya, bahkan Korea.
“Saya melihat apa yang tengah trend di luar pulau, itu salah satu cara saya untuk berinovasi. Seperti inovasi yang saya buat sendiri, yakni membuat mangkok dari puding, kemudian diisi salad buah. Jadi pas dipotong, bukan puding tapi salad buah,” jelasnya.
Berkat kreasi dan inovasi yang diciptakannya, Kiki mengaku tak kehabisan pelanggan. Bahkan, sejumlah perusahaan di Kota Samarinda kerap memesan hampers puding di Dapur Kiki. “Alhamdulillah, sudah beberapa kenal dan saling terhubung,” ujarnya.
Tak hanya itu, salah satu inovasi yang mampu menyentuh pelanggannya adalah tatkala pandemi Covid-19 melanda. Saat itu, penjualan produk kuliner Dapur Kiki mengalami kenaikan hingga 700 persen. Sebagian besar dibeli pelanggannya untuk dikirim kepada keluarga, kerabat maupun sahabat dan orang tercinta yang tengah terinveksi virus Covid-19 dan harus menjalani isolasi.
Sebagai rasa empatinya terhadap para penyintas Covid-19, Dapur Kiki menambahkan tulisan “Get Well Soon” (semoga lekas sembuh) pada pembungkus hampersnya. “Saya kasih bungkusan cantik, terus ada buahnya dan paper khusus ditulisin Get Well Soon, saya kerja sama dengan kurir yang mau antar ke orang isolasi,” tutup Kiki. []
Penulis: Hernanda | Penyunting : Agus P Sarjono