SAMARINDA – PENINGKATAN aktivitas ekonomi, terutama yang didorong oleh kegiatan pembangunan di Ibu Kota Nusantara (IKN) memicu inflasi pangan dan transportasi di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Demikian kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltim Budi Widihartanto dalam keterangan resminya di Kantor BI, Jalan Gajah Mada, Samarinda, Sabtu (02/12/2023).
Dia mengatakan, untuk mengendalikan stabilitas inflasi daerah khususnya menyangkut komoditas bahan pokok penting (Bapokting) seperti cabai dan beras, menjadi menjadi tugas Tim Pengendali Infkasi Daerah (TPID) Kaltim
“Laju Indeks Harga Konsumen (IHK) pada periode ini mencatat angka lebih rendah jika dibandingkan dengan IHK nasional sebesar 0,38 persen untuk indikator ukuran month per month (mpm),” jelasnya.
Penyumbang inflasi tertinggi di Kaltim lanjut Budi, adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau. Untuk terbesar andilnya adalah cabai rawit, angkutan udara, emas perhiasan, beras dan kangkung.
“Ini disebabkan oleh pasokan bahan pokok khususnya beras dan cabai rawit yang sebagian besar pemenuhannya masih dari luar Kaltim seperti dari Jawa dan Sulawesi Selatan. Kemudian angkutan udara yang tarifnya kecenderungan terus naik seiring kenaikan harga avtur,” terang Budi.
Dia mengemukakan, upaya telah dilakukan oleh BI melalui TPID dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan Gerakan Pangan Murah (GPM).
“Pertemuan tingkat tinggi TPID Provinsi Kaltim dan kabupaten/kota akan difokuskan pada pengelolaan subsidi BBM oleh Pertamina untuk mengurangi antrian dan memastikan tercukupinya ketersediaan dengan memperhatikan peningkatan aktivitas ekonomi,” katanya lagi. []
Penulis : Himawan Yokominarno | Penyunting : Agus P Sarjono