JAKARTA – Israel tetap akan menggempur habis-habisan milisi di Lebanon, Hizbullah, bahkan jika gencatan senjata dengan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Gaza disepakati. Pernyataan itu terungkap saat Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant berkunjung ke Safed, Markas Komando Utara, di Galilee Atas dekat Lebanon, Minggu (25/02/2024).
“Jika ada yang berpikir saat kami mencapai kesepakatan untuk melepas sandera di selatan Jalur Gaza dan penembakan dihentikan sementara itu meringankan yang terjadi di sini, dia salah,” ujar Gallant. Dia kemudian berkata, “Kami akan terus menembak dan mengintensifkan serangan secara independen di wilayah selatan sampai tujuan kami tercapai.”
Kesepakatan Israel dan Hamas tengah diupayakan untuk mencapai gencatan senjata baru. Proses itu masih berlangsung karena perdebatan alot kedua pihak. Israel mengusulkan gencatan senjata sementara selama enam pekan, tetapi Hamas ingin mengakhiri seluruh agresi dan meminta pasukan Zionis mundur dari tanah Palestina.
Di kesempatan itu, Gallant juga memaparkan tujuan Israel menyerang Hizbullah. “Untuk mendorong Hizbullah kembali ke posisi yang seharusnya melalui kesepakatan atau kekerasan,” ungkap dia. Gallant berulang kali mengusulkan penyelesaian di perbatasan Israel-Lebanon dengan mendorong mundur Hizbullah.
Sejak Israel melancarkan agresi ke Palestina pada, 07 Oktober 2023, Hizbullah turut menggempur wilayah pimpinan Benjamin Netanyahu. Mereka mengklaim serangan ke Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina dan untuk membantu Hamas.
Di lawatan itu, Gallant juga meninjau daya tembak dan kesiapan pasukan Israel untuk melawan Hizbullah. Lebih lanjut, Menhan itu menerangkan Israel menargetkan para aktivis dan pemimpin milisi tersebut. “Kami akan bergerak maju dan menyerang mereka,” ujar dia.
Sejauh ini, belum ada respons apa pun dari Hizbullah terkait pernyataan Gallant. Baku tembak antara Hizbullah dan pasukan Israel terus terjadi di tengah agresi pasukan Zionis ke Gaza. []
Redaksi07