BALIKPAPAN – MASYARAKAT sejatinya menginginkan kualitas sayur dan buah yang baik untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Sayur dan buah ini bisa mereka dapatkan di pasar tradisional dan modern dengan kemasan yang sudah ditetapkan. Namun, bagaimana jika masyarakat menginginkan produk sayur dan buah itu masih dalam keadaan segar ketika mereka mendapatkannya?
Agus Basuki mendapatkan jawabannya. Ia hadir di kalangan masyarakat Karang Joang, Balikpapan dengan merangkul lebih dari 1800 anggota di bawah kepemimpinannya. Ia adalah pencetus sekaligus pemilih Wisata Edukasi Kebun Pak Agus yang di dalamnya memungkinkan para pengunjung untuk menjalani rekreasi sekaligus menjadi pelanggan yang bisa memilih dan memanen sendiri sayur dan buah yang mereka inginkan langsung dari kebun tersebut.
Memang bukan inovasi baru, namun tidak cukup satu artikel saja untuk memberitakannya. Agus yang waktu itu baru saja selesai mengurus kunjungan dari salah satu sekolah yang ada di Balikpapan, akhirnya menceritakan bagaimana kebunnya kini menjadi salah satu penyedia produk pertanian dan perkebunan di Balikpapan.
Kisah ini bermula sejak 2007. Tahun dimana ia mulai memasuki ranah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Makmur. Sebuah komunitas dimana seluruh kelompok tani dalam suatu daerah bersatu untuk mengoptimalkan ketahanan pangan.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2012, Pak Agus pun mendirikan Paguyuban Petani Pepaya Balikpapan. Dimulai dari sana, semakin banyak pengunjung hadir dan pada tahun 2017 beliau memutuskan untuk membentuk suatu wisata edukasi yang sampai saat ini masih terbuka untuk umum, bahkan komoditas tanamannya semakin berkembang lagi.
“Saya mengembangkan wisata edukasi ini dengan harapan selain bisa mengajarkan dan mengenalkan pada masyarakat terkait dengan tanaman, namun bisa juga menjadi sarana dimana masyarakat bisa membeli secara langsung sayur dan buah yang mereka inginkan. Mereka memilih sendiri, kemudian kami timbangkan, dan mereka bayar dengan harga petani yang kami tetapkan,” jelas Agus ketika ditemui oleh tim beritaborneo di sela-sela waktu kerjanya, Minggu (25/02/2024).
Disambut baik oleh masyarakat, semakin banyak warga sekitar dan wisatawan yang tertarik untuk bisa melihat langsung hasil tanaman yang ada, mereka pun dengan bebas memilih mana sayur dan buah yang akan mereka petik. Jelas dengan kondisi ini, kualitas buah dan sayur yang pelanggan dapatkan bisa jauh lebih segar dan baik daripada yang telah dipasarkan ke pasar lokal maupun pasar modern.
Salah satu pengunjung wisata edukasi, Eca menyebutkan bahwa adanya kegiatan panen sendiri ini adalah hal yang baik dan sama-sama menguntungkan kedua belah pihak, baik dari produsen maupun konsumen.
“Senang sekali bisa secara langsung hadir disini dan memetik sendiri sayur yang saya inginkan. Selain sawi, saya juga membeli ubi kayu. Ubi kayu ini sendiri juga diajarkan cara mencabutnya. Jadi, semua sayur yang saya dapatkan hari ini benar-benar fresh,” jelas Eca.
Usaha Pak Agus ini ternyata berbuah manis, tidak hanya dari mulut ke mulut saja, namun juga dalam hal keuntungan perbulannya. Agus menyatakan bahwa keuntungan yang bisa diraupnya dalam satu bulan bisa mencapai 30 hingga 40 juta rupiah. Nilai yang fantastis untuk fasilitas yang cukup mengesankan.
“Banyak sekali kunjungan dari sekolah ataupun instansi pemerintah ke sini. Mereka memantau langsung segala proses yang ada, mulai dari tahap tanam hingga tahap panen. Semua alat dan bahan kami sediakan, jadi mereka hanya perlu membayar biaya reservasi saja,” ujar Agus. []
Penulis: Nistia Endah Juniar Prawita | Penyunting: Agus P Sarjono