PONOROGO – Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang selama ini dilepas pemerintah untuk menstabilkan harga, ternyata bukan beras produksi dalam negeri. Bahkan saat ini sudah sebanyak 5000 ton beras di dalam gudang Bulog Ponorogo yang semuanya adalah impor sejak awal Februari 2024.
Kepala Bulog Ponorogo, Aan Sugiarto membenarkan bahwa beras impor sudah disimpan di gudang sejak didatangkan pada awal Februari lalu. “Jadi saat ini masih tidak memungkinkan untuk melakukan penyerapan beras dalam negeri. Saat ini kami sudah menerima untuk beras impor sendiri,” ungkap Aan, Selasa (05/03/2024).
Aan mengulangi, beras impor jadi pilihan dan diterima mulai awal Februari karena memang tidak ada beras dalam negeri yang dapat diserap. Sehingga bantuan pangan hingga beras SPHP itu berasal dari beras impor. “Jadi yang menjadi beras SPHP untuk pasar murah itu beras ya impor,” tambahnya.
Menurutnya, stok di gudang mencapai 5000 ton beras dari berbagai negara. “Ada sementara beras impor seperti dari Myanmar, Thailand dan Pakistan,” kata Aan.
Sekedar diketahui, Perum Bulog telah mendapat beras impor sebanyak 300.000 ton beras dari Thailand dan Pakistan. Impor menjadi pilihan pemerintah untuk memperkuat stok pangan nasional terutama menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriyah.
Ratusan ribu ton beras tersebut masih dalam perjalanan menuju ke Indonesia dan akan menambah kekuatan stok di gudang Bulog, meski saat ini stok nasional masih mencapai 1,3 juta ton. Aan mengklaim bahwa 5000 ton beras itu termasuk aman untuk kebutuhan 2-3 bulan ke depan. Dan ke depannya, pihaknya akan terus mendapatkan beras impor.
“Sehingga ketika kami mengeluarkan beras impor ini, nanti akan ada yang masuk lagi. Setiap bulan kami akan mendapatkan 2000 ton dari luar negeri,” tambahnya. Meski begitu, ia menjelaskan, Bulog tetap akan menyerap beras dari petani di dalam negeri. Dan diperkirakan panen raya padi akan berlangsung Maret ini. “Di dalam negeri kemungkinan panen pada Maret pekan kedua,” pungkasnya.
Redaksi 02