TENGGARONG – SEJAK diresmikan sebagai lokasi wisata budaya di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada 2015 lalu, Ladang Budaya (Ladaya) melibatkan banyak pihak di dalamnya, seperti para pedagang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Berbagai hal telah dirasakan oleh Rian, salah satu pedagang di tempat wisata tersebut. Dia sudah menyewa lapak untuk berjualan di dalam lokasi Ladaya sejak awal dibuka, dan masih bertahan hingga tahun 2024 ini.
“Sudah bertahun-tahun buka lapak makanan dan minuman di sini. Biaya sewanya Rp.500 ribu perbulan,” ujar Rian ketika ditemui beritaborneo.com pada hari ketiga Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Sabtu (13/04/2024).
Pada kesempatan itu, Rian sebagai pegawai yang bekerja untuk lima hari usai lebaran, menyampaikan bahwa hari yang paling ramai dikunjungi adalah hari ketiga setelah lebaran. Momen itu dianggap sebagai salah satu tanggal bagi keluarga untuk bisa keluar rekreasi bersama menikmati hari libur setelah hari pertama dan kedua lebaran digunakan untuk silaturahmi keluarga.
“Untuk hari ini cukup ramai daripada kemarin. Hanya saja masih belum tahu untuk puncak cuti lebaran nanti, biasanya lebih ramai dari hari ini,” jelas Rian.
Berkenaan dengan harapan, Rian mengungkapkan bahwa harga sewa yang selama ini dibayarkan per hari bisa dikurangi. Sebab dia mengaku fluktuasi keuntungannya tidak tetap, sehingga bisa mengurangi beban pengeluaran penyewa.
“Kami berharap Ladaya bisa terus ramai dikunjungi wisatawan, sehingga keberadaan lapak kami di sini bisa terus dilirik. Kami juga berharap harga sewanya bisa dikurangi dan didukung pula dengan peningkatan fasilitas yang lebih lengkap dari ini, karena penyewaan ini tidak termasuk tenda, mereka tidak menyediakan. Hitungannya pengeluaran bisa lebih banyak,” tutupnya. []
Penulis: Nistia Endah | Penyunting: Agus P Sarjono