SKM Berubah Warna, Ini Kata Pemerhati Lingkungan dan Sungai

SAMARINDA – SUNGAI Karang Mumus (SKM) Samarinda yang beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan warga setempat setelah airnya berubah menjadi warna hijau, diikuti kemunculan ikan patin yang berenang ke permukaan, menarik perhatian para pemerhati lingkungan dan sungai.

Salah satu pemerhati lingkungan dan sungai di Samarinda Yustinus Sapto Hardjanto mengatakan, perubahan warna air Sungai Karang Mumus disebabkan oleh proses alami yang dikenal sebagai blooming atau mekarnya algae hijau-biru.

Hal itulah kata dia, yang kemudian menyebabkan ikan patin dari sungai Mahakam naik ke Karang Mumus. Situasi blooming tersebut membuat ikan teler dan naik ke permukaan.

“Fenomena ini memang menarik secara visual, namun dapat menimbulkan dampak negatif pada ekosistem sungai. Algae yang mekar dapat melepaskan racun, mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air, dan menurunkan pH, yang berpotensi membahayakan kehidupan biota air,” ucapnya.

Menurutnya, kelayakan air sungai untuk dimanfaatkan masyarakat setempat menjadi pertanyaan penting. Terutama bagi warga yang bergantung pada sumber air dari sungai ini untuk kebutuhan sehari-hari. Dia menekankan, bahwa air dengan kondisi blooming tidak layak digunakan, bahkan untuk memandikan hewan.

“Kualitas air yang menurun menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam ekosistem sungai,” ujarnya.

Pengujian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan kelayakan air Sungai Karang Mumus. Yustinus menyarankan bahwa fenomena blooming biasanya akan mereda dengan datangnya air baru, seperti hujan deras, yang dapat membantu mengembalikan keseimbangan ekosistem sungai.

Peristiwa saat ini mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan ekosistem sungai. Sungai Karang Mumus yang biasanya tenang dan jernih, kini menjadi bukti nyata dari dampak perubahan lingkungan yang dapat terjadi secara tiba-tiba.

Yustinus juga berharap, bahwa pemerintah dan lembaga terkait segera mengambil langkah untuk memastikan bahwa sungai dan sumber air tetap aman dan layak digunakan, seperti membenahi wilayah tangkapan air dan juga merestorasi ekosistem resapan air sekitar sungai dengan terus gencar melakukan normalisasi. []

Penulis: Rangga Satria | Penyunting: Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com