TENGGARONG – PETERNAK Sapi di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) pada tahun 2019-2021 lalu alami banyak kerugian akibat penyakit Brucellosis.
Kini Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Kukar siap siaga antisipasi penyakit pada hewan dengan menyediakan lima pusat kesehatan hewan (Puskeswan) yang tersebar di beberapa kecamatan di Kukar, seperti Samboja, Tenggarong Seberang, Muara Badak, Kota Bangun, dan Loa Kulu.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Disnak Kukar Aji Gazali Rahman menuturkan, sepanjang periode 2019-2021 lalu, pihaknya setidaknya harus membakar puluhan sapi yang mengalami kematian akibat terkena penyakit Brucellosis.
Dia mengungkapkan, penyakit Brucellosis pada sapi merupakan penyakit pada hewan yang disebabkan oleh bakteri genus Brucella sp. Berbagai varietas hewan dapat terinfeksi species Brucella, seperti sapi (Brucella abortus), kambing (B. melitensis), domba (B. ovis), babi (B. suis), anjing (B. canis) dan rodensia (B. neotomae).
Gazali menjelaskan, penyakit Brucellosis dapat menular kepada manusia jika mengkonsumsi jeroannya, namun untuk bagian lain bisa dikonsumsi tetapi harus melalui proses dan tata cara pengolahan yang tepat.
“Maka itu, pada tahun-tahun lalu banyak sapi yang dibakar,” ucap Aji Gazali Rahman kepada beritaborneo.com, di Tenggarong, Sabtu (29/06/2024).
Dia memaparkan, penyakit Brucellosis secara umumnya tidak menunjukkan gejala penyakit yang tampak jelas. Namun bisa diperiksakan ke Puskeswan jika pada induk hewan ternak mengalami keguguran (abortus).
Terutama pada usia kebuntingan di atas lima bulan, serta pada saat keguguran cairan janin berwarna keruh. Pada pejantan terlihat adanya kebengkakan pada persendian atau testes.
Sapi yang terkena penyakit tersebut tidak hanya sapi ternak saja, namun sebagian merupakan sapi potong berasal dari luar Kalimantan. Banyak peternak sapi yang masih belum memiliki pengetahuan lebih terutama untuk sapi potong. Di mana untuk sapi tersebut ketika sampai di tempat harus langsung dipotong serta tidak boleh dilepas di tempat yang tidak terkontrol.
“Banyak sapi potong yang ketika datang langsung diternak bebaskan, itu tidak boleh karena sapi tersebut untuk di konsumsi,” bebernya.
Melalui Puskeswan, pihaknya selalu mengkoordinir para peternak sapi dalam pengecekan sejak dini menghindari penyakit tersebut terjadi kembali secara besar-besaran. Bukan hanya sekedar pengecekan, pihaknya selalu menjelaskan kepada peternak berbagai penyakit pada sapi beserta ciri-cirinya.
“Puskeswan selalu mengecek secara mobile mengunjungi para peternak hewan dan mengsosialisasikan berbagai penyakit hewan dengan berbagai gelaja penyakit,” imbuhnya.
Dirinya berharap para peternak hewan untuk selalu mengontrol kesehatan ternaknya atau menemukan tanda – tanda penyakit Brucellosis serta penyakit lainnya pada hewan ternak, bisa menghubungi pihak UPT Puskeswan terdekat sehingga penyakit dapat ditangani dengan cepat.[]
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Agus P Sarjono