Pemadaman Listrik di Tarakan: Dampak Terhadap Bisnis dan Layanan Publik

TARAKAN – Berawal dari pecahnya Arrester di Feader 8 yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso Kelurahan Selumit, Kecamatan Tarakan Tengah pada Sabtu malam (29/06/2024) sekitar pukul 20.30 Wita, menyebabkan beberapa rangkaian kerusakan salah satunya adalah kabel dari pembangkit ke beban juga ikut terbakar, sehingga harus diganti. Kondisi ini sempat membuat kelistrikan di Tarakan mati total, bahkan penormalan membutuhkan waktu berjam-jam.

“Awal kejadian kami memang menemukan Arrester yang rusak, kemudian pada saat kejadian tersebut petugas kami langsung kelapangan biar sistem bisa pulih kembali. Sudah kita lakukan perbaikan, seharusnya masuk ke sistem normal, tetapi setelah kita lakukan perbaikan masuk sistem secara bertahap tetapi kolap kembali 3-4 kali, ternyata hasil penelusuran Perusahan Listrik Negara (PLN) menemukan kabel kopler yang menghubungkan pembangkit ke beban ada gangguan,” terang Retno Wulandari, Manager PLN ULP Tarakan, Minggu (30/06/2024).

Lebih lanjut dikatakan Retno, seharusnya pembangkit bisa beroperasi dan menghasilkan listrik hingga mengalir ke pelanggan, akibat adanya gangguan kabel kopler tersebut menjadi proses penormalan membutuhkan waktu cukup lama.

“Itu yang menyebabkan kenapa durasi penormalan kelistrikan Tarakan cukup lama, sampai hari ini baru clear semua sistem. Proses penormalan sebenarnya bukan baru kita lakukan hari ini, tetapi malam itu juga sudah teridentifikasi dan langsung kita lokalisir gangguan, tetapi penormalan sistem bertahap, hingga tadi pagi bisa sampai 70 persen,” ungkapnya.

Proses pengerjaan yang komplek dan sempat terkendala hujan pada Minggu dinihari, juga menjadi persoalan karena terkait dengan safety serta mobilisasi petugas yang bekerja melakukan perbaikan. Pada pukul 10.00 Wita pada Minggu penggantian kabel bisa dilakukan 100 persen, dan semua sistem dinyatakan normal pada pukul 14.00 Wita.

Gangguan di kabel kopler karena isolasinya terkelupas akibat terbakar, meskipun kabel tidak sampai putus namun tidak layak dialiri listrik, kabel ini merupakan saluran tegangan menengah.

“Teman-teman pembangkit melakukan proses investigasi lebih lanjut, kenapa bisa terjadi seperti itu. Tadi malam masih fokus pada penggantian kabel dan penormalan,” ungkap Retno.

PLN Tarakan memiliki sekitar 57 Mega Watt dengan dua jenis pembangkit, yaitu 27 MW dari Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) dan 30 MW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Dengan demikian sistem kelistrikan di Tarakan terbilang masih surplus karena beban puncak di bawah 57 MW, penambahan daya terus dilakukan seiring dengan pertumbuhan beban. []

Redaksi08

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com