Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan
SAMARINDA – TRAGEDI di tambang batubara PT Sinar Kumala Naga (SKN) site Kutai Lama pada akhir April 2024 lalu, mengakibatkan seorang operator alat berat tewas tertimbun longsoran tanah. Peristiwa itu mendapat perhatian serius dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Langkah yang diambil Disnakertrans Kaltim adalah melakukan penyelidikan kejadian tersebut. Disnakertrans Kaltim melalui Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan pun telah mengumumkan hasil pemeriksaan terkait insiden fatal itu.
Kepala Seksi K3 Bidang Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan Disnakertrans Kaltim Dedy Nugroho menjelaskan, seluruh hak korban termasuk asuransi melalui BPJS Ketenagakerjaan, telah dipenuhi.
“Kami memastikan hak-hak korban telah terpenuhi dengan baik,” kata Dedy.
Disnakertrans Kaltim juga menyelidiki kemungkinan adanya korban lain yang belum ditemukan. “Kami masih mencari informasi lebih lanjut mengenai kemungkinan adanya korban kedua,” tambahnya.
Dalam pemeriksaan, terungkap bahwa operator excavator yang meninggal tidak memiliki Surat Izin Operator (SIO) untuk mengoperasikan alat berat. “Operator yang tewas tidak memiliki SIO, ini adalah pelanggaran serius,” ujar Dedy.
Investigasi Tim Pengawas Ketenagakerjaan mengindikasikan adanya kelalaian dari pihak perusahaan. “Hasil investigasi menunjukkan dugaan kesalahan dari pihak perusahaan,” pungkas Dedy.
Media ini telah mencoba menghubungi Direktur PT SKN Sulasno yang juga merupakan pemilik PT Hayyu Pratama Kaltim yang menaungi Hayyu Steak Restaurant, Hayyu Apartement, Hayyu Mart, serta pemilik Restoran Bandar Samarendah ini. Namun hingga berita ini diturunkan, belum berhasil mendapatkan konfirmasi, karena yang bersangkutan sedang dalam proses penyidikan oleh KPK, sesuai dengan status dan profil WhatsApp pribadinya. []
Penulis: Andi Isnar | Penyunting: Agus P Sarjono
