Dari Bawah Tribun Stadion, Dian Pramita Hidupkan Seni Lewat Sanggar Tari Lentera

TENGGARONG  – BERAWAL dari melatih siswa sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler seni tari di beberapa sekolah dasar, menengah pertama dan atas, Dian Pramita Nursandi kemudian memutuskan untuk mendirikan Sanggar Tari Lentera.

“Kami beruntung mendapat dukungan dari pembina di sekolah yang memberikan kami tempat latihan di bawah tribun stadion,” kenangnya dengan rasa syukur.

Perempuan kelahiran Balikpapan, 30 Oktober 1990 ini pun berhasil menunjukan, bahwa dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, dia mampu menghidupkan seni dan budaya di tengah arus deras seni modern yang melanda masyarakat.

Saat ditemui beritaborneo.com di Hotel Fatma Tenggarong, Rabu (10/07/2024), Dian mengungkapkan, pada awalnya Sanggar Tari Lentera yang didirikannya hanya memiliki beberapa murid. Tapi kini sanggar itu telah berkembang pesat dengan lebih dari 100 murid.

Pada tahun 2018, setelah menikah, Dian pindah ke Muara Badak dan membuka cabang Sanggar Tari Lentera di sana. Tantangan yang dihadapi tidaklah kecil, mengingat minat masyarakat setempat terhadap seni tari Kalimantan Timur cukup rendah karena banyaknya pendatang dari luar pulau.

Namun Dian melihat hal itu sebagai peluang untuk mengenalkan kekayaan budaya lokal kepada masyarakat Muara Badak.

“Ini adalah kesempatan emas untuk memperkenalkan kekayaan budaya Kalimantan Timur kepada masyarakat di sini,” ujarnya dengan optimisme.

Dengan semangat yang tak kenal lelah, Dian mulai melatih tiga murid pertamanya. Kerja kerasnya berbuah manis ketika murid-muridnya berhasil memenangkan lomba tari di tingkat kabupaten.

“Keberhasilan ini membangkitkan antusiasme warga Morobada. Banyak yang kemudian tertarik dan mulai belajar tari Jepen serta tari-tari daerah lainnya,” ceritanya dengan bangga.

Kini, Sanggar Tari Lentera di Muara Badak tak hanya menjadi tempat belajar tari, tetapi juga pusat edukasi budaya. Jadwal latihan rutin diatur untuk berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga remaja dan dewasa.

“Kami memiliki jadwal khusus untuk setiap kelompok umur, memastikan setiap murid mendapatkan perhatian dan bimbingan yang optimal,” jelasnya.

Dian mengakui bahwa perjalanan membangun Sanggar Tari Lentera tidaklah mudah. Dukungan dari pihak kecamatan yang memberikan fasilitas seperti alat musik dan sound system menjadi dorongan besar bagi mereka.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan ini. Namun, sebagian besar operasional sanggar masih kami jalankan secara mandiri,” tutur perempuan bergelar sarjana pendidikan (S.Pd) ini dengan rendah hati.

Meski tantangan terus menghampiri, Dian tetap optimis dan berkomitmen untuk terus mengembangkan Sanggar Tari Lentera.

“Tujuan kami tidak hanya melatih tari, tetapi juga membentuk karakter dan memperkenalkan kekayaan budaya Kalimantan Timur kepada generasi muda,” tegasnya dengan penuh semangat.

 

Sanggar Tari Lentera kini berdiri tegak sebagai simbol pelestarian budaya dan pembinaan karakter anak-anak di Kalimantan Timur. Melalui dedikasi dan inovasi, Dian Pramita Nur Sandi membuktikan bahwa warisan budaya dapat terus hidup dan berkembang, menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan kekayaan budaya mereka. []

Penulis: Nur Rahma Putri Aprilia | Penyunting: Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com