KUALA LUMPUR – Warga di negara bagian Penang, Malaysia didesak mengurangi penggunaan air di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang potensi kekurangan akibat rendahnya tingkat air di bendungannya.
Ada sekian banyak kiat menghemat air yang telah dibagikan, termasuk meminta orang untuk mengurangi frekuensi mencuci mobil, hingga beralih ke kaleng penyiram saat merawat tanaman.
Penang Water Supply Corporation, perusahaan milik negara yang bertanggung jawab atas layanan pasokan air di sana, mengatakan bahwa kapasitas efektif bendungan di Air Hitam dan Teluk Bahang sekarang masing-masing mencapai 27,6 persen dan 25,2 persen.
Dilansir dari Media, kepala eksekutifnya K Pathmanathan pada Selasa (20/08/2024) mengatakan bahwa rendahnya kapasitas efektif kedua bendungan di negara bagian tersebut merupakan ancaman terhadap pasokan air dari hampir 75.000 akun konsumen, The Star melaporkan.
“Fenomena ini tidak hanya memengaruhi bendungan di Penang. Namun, juga memengaruhi bendungan-bendungan utama di negara bagian tetangga, Kedah dan Perak,” kata Pathmanathan.
Dia menambahkan bahwa permukaan air di kedua bendungan di negara bagian tersebut rendah karena cuaca kering yang tidak normal sejak kuartal terakhir tahun 2023.
“Meskipun terjadi sedikit hujan pada tanggal 1 hingga 10 Agustus, hal tersebut tidak meningkatkan kapasitas bendungan karena konsumsi air harian yang lebih tinggi,” tambahnya.
Ia lebih lanjut mencatat bahwa kedua bendungan tersebut dirancang dan dibangun untuk diisi ulang oleh air hujan dan tidak dapat diisi ulang dengan cara lain.
Meskipun Pathmanathan telah meminta masyarakat untuk mengurangi penggunaan air, ia mengatakan bahwa tidak ada ancaman langsung terhadap layanan pasokan air bagi sekitar 66,7 persen konsumen air di Penang.
Hal ini karena mereka dilayani oleh Instalasi Pengolahan Air Sungai Dua yang mengambil air dari Sungai Muda.
“Ketinggian sungai Sungai Muda relatif sehat untuk saat ini,” kata Pathmanathan.
Minggu lalu, Komisi Layanan Air Nasional Malaysia (SPAN) mendesak negara bagian untuk menemukan sumber daya air baru sebagai respons terhadap kekeringan yang kemungkinan dipicu oleh perubahan iklim.
Ketuanya Charles Santiago mengatakan bahwa sejauh ini, negara-negara bagian di negara itu enggan mengadopsi perubahan komprehensif untuk memerangi dampak kekeringan terutama karena masalah biaya. []
Redaksi08