TARAKAN – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tarakan buka suara soal beredarnya daftar wilayah yang berpotensi tsunami, salah satunya Kota Tarakan.
Kepala BMKG Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi menjelaskan, informasi tersebut bukan berdasarkan kondisi Tarakan saat ini. Adapun hal tersebut merupakan hasil pemodelan atau skenario simulasi dari BMKG dan beberapa tim ahli.
Skenario tersebut dibuat sebagai bentuk mitigasi, jika terjadi gempa dengan magnitude 7.9 Skala Ritcher (SR) di wilayah utara Sulawesi.
“Jadi yang perlu digaris bawahi bahwa informasi tersebut adalah skenario jika terjadi gempa bumi dengan magnitude 7.9 SR di utara Sulawesi. Nah dengan simulasi itu dibuat pemodelan, kalau gempanya segitu wilayah mana saja yang terdampak, salah satunya Tarakan,” jelasnya saat ditemui, Kamis (22/8/2024).
Dalam skenario tersebut, Tarakan masuk ke dalam daftar wilayah yang berpotensi gempa dengan status siaga. Artinya, level siaga masuk level kedua untuk tingkat kewaspadaannya. Pada level siaga juga disimulasikan, kemungkinan tsunami yang akan terjadi memiliki ketinggian maksimal 3 meter.
“Diinformasi simulasi itu sudah disampaikan, maksimal 3 meter dengan waktu ketibaan gelombang maksimal 1 setengah jam. Namun dalam praktiknya jika terjadi nanti kembali lagi ke parameter gempanya, ini masih dihitung lagi. Bisa saja tidak berpotensi tsunami, atau berpotensi tapi hanya 10 centimeter,” beber Khilmi.
Simulasi tersebut dibuat sebagai langkah antisipasi khususnya untuk masyarakat agar siap menghadapi bencana alam. Terlebih, BMKG juga mengeluarkan informasi bahwa gempa bumi Megathrust dengan kekuatan yang cukup besar berpotensi terjadi di Indonesia.
“Kalau ada Megathrust muncul lagi, kita ingatkan juga bahwa di Tarakan juga ada sesar aktif. Simulasi ini untuk memudahkan, apalagi juga ada waktu terjadinya sehingga ada waktu untuk mengevakuasi masyarakat,” tambahnya.
Adapun simulasi atau skenario ini juga bukanlah sebuah prediksi gempa maupun tsunami. Namun, terdapat potensi bencana alam tersebut akan terjadi di Kota Tarakan. Apalagi jika melihat sejarah, Tarakan pernah diguncang gempa dengan kekuatan 7.0 SR pada 1923 dan yang terakhir 6.1 SR pada 2016 lalu.
“Jadi dalam konsep kebencanaan kita menyampaikan potensi terburuk, menurut kajiannya 7.0 SR, bisa terjadi segitu atau bisa dibawahnya. Kita sampaikan potensi yang paling buruk supaya masyarakat lebih siap,” terangnya.
Khilmi mengharapkan agar masyarakat tak perlu khawatir berlebihan tentang informasi pemodelan atau skenario tersebut. Informasi tersebut hanyalah bersifat simulasi dan tidak menggambarkan kondisi Tarakan saat ini.
“Simulasi itu juga banyak manfaatnya, jadi masyarakat tidak perlu panik dan khawatir berlebihan,” pungkasnya. []
Redaksi08