JAKARTA – Venezuela dilanda pemadaman listrik nasional pada Jumat (30/08/2024). Situasi itu disebut menjadi krisis terbaru yang melanda negara kaya minyak tersebut usai pemilihan presiden yang disengketakan. Menteri Komunikasi Freddy Nanez melalui saluran VTV pemerintah menduga pemadaman massal itu disebabkan sabotase jaringan listrik nasional.
“Kami melaporkan bahwa sekitar pukul 4.40 pagi hari ini, Jumat (30/08/2024) terjadi sabotase listrik di Venezuela yang telah memengaruhi hampir seluruh wilayah nasional,” tutur Freddy Nanez seperti diberitakan AFP pada hari yang sama.
“Ke-24 negara bagian melaporkan kehilangan pasokan listrik total atau sebagian,” ungkapnya. Pemadaman listrik jadi sering terjadi di Venezuela belakangan ini. Pemerintahan Presiden Nicolas Maduro kerap menyatakan situasi tersebut adalah konspirasi untuk menggulingkannya, namun tak pernah ada bukti pendukung.
Pemerintah Maduro menuduh Amerika Serikat dan oposisi politik mengatur pemadaman listrik tersebut. Namun, para pemimpin oposisi dan para ahli menyalahkan korupsi dan kurangnya investasi serta keahlian atas pemadaman tersebut.
Namun, pemadaman listrik terburuk di seluruh negeri yang pernah melanda Venezuela terjadi pada Maret 2019 karena berlangsung beberapa hari. Masyarakat diberitakan khawatir situasi 2019 terulang. Wilayah barat seperti Tachira dan Zulia, yang dulunya merupakan ibu kota industri minyak, mengalami pemadaman listrik setiap hari.
“Ini adalah sabotase listrik baru,” kata menteri Nanez. “Kami tahu berapa biaya yang dikeluarkan pada 2019. Kami tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk memulihkan sistem kelistrikan nasional sejak saat itu dan hari ini kami menghadapinya dengan protokol yang tepat.”
Nanez mengatakan pemerintah telah menerapkan “protokol antikudeta” setelah pemadaman listrik, dengan mengutip Pemilu 28 Juli hasilnya telah banyak diperdebatkan. Maduro dinyatakan sebagai pemenang, tapi Dewan Pemilihan Nasional (CNE) yang berpihak pada pemerintah menolak merilis data terperinci untuk memverifikasi hasilnya.
Pihak oposisi mengatakan kandidatnya, Edmundo Gonzalez Urrutia, menang telak dalam Pemilu. Mereka juga merilis data tingkat tempat pemungutan suara untuk mendukung klaim tersebut. Gonzalez Urrutia dijadwalkan hadir di hadapan jaksa pada Jumat (30/08/2024). Jadwal itu menjadi panggilan ketiganya setelah tidak hadir pada dua panggilan sebelumnya. Ketidakhadiran itu bisa berujung pada penerbitan surat perintah penangkapan.
Gonzalez Urrutia dituduh melakukan “perampasan fungsi” dan “pemalsuan” untuk merilis data hasil pemilu oleh pihak oposisi. Hingga kini, masih tidak jelas proses tersebut akan dilanjutkan setelah pemadaman listrik atau tidak.
Maduro sebelumnya juga mengancam akan memenjarakan Gonzalez Urrutia dan pemimpin oposisi Maria Corina Machado, menuduh mereka bertanggung jawab atas protes dan kekerasan pascapemilu. Setidaknya 27 orang telah tewas, termasuk dua personel militer, dan hampir 200 orang terluka, dengan 2.400 orang ditangkap, dalam kekerasan terkait protes sejak Pemilu. []
Redaksi08