TENGGARONG – SABTU 21 September 2024 pagi, menjadi hari yang buruk bagi masyarakat Tenggarong dan sekitarnya. Pasalnya terjadi kemacetan panjang di Jembatan Kutai Kartanegara.
Kemacetan itu disebabkan penyelenggaraan dua acara besar yang berlangsung bersamaan. Yakni pembukaan Erau Adat Pelas di Tenggarong dan deklarasi salah satu bakal pasangan calon bupati di Gedung Putri Karang Melenu, Tenggarong Seberang.
Kondisi tersebut menyoroti ketidakmampuan pihak penyelenggara dalam mengelola acara besar, terutama terkait pengaturan lalu lintas. Ribuan kendaraan tertahan di badan jembatan selama dua jam, dan banyak pengendara yang terpaksa mengalihkan rute melalui jalur alternatif, seperti menyeberang dengan feri.
Salah satu pengendara, Mila yang seorang mahasiswi salah satu universitas di Samarinda, merasa frustasi karena telat menghadiri kuliahnya akibat kemacetan yang tidak teratasi.
Ia mengeluhkan ketidakmampuan petugas yang ada dalam menangani situasi tersebut. Terlebih ketika ambulans tidak dapat lewat karena kemacetan. Hal itu memperlihatkan kurangnya antisipasi dan koordinasi antara penyelenggara acara dan pihak berwenang dalam mengatur lalu lintas yang melibatkan ribuan orang.
Tidak hanya Mila, pengendara lain seperti Haikal juga menyayangkan kurangnya koordinasi penyelenggara acara dengan pihak kepolisian. Haikal terpaksa menggunakan jalur sungai karena kondisi jembatan yang macet total.
“Untuk acara besar seperti ini harusnya memiliki perencanaan yang matang, terutama dalam hal pengaturan lalu lintas,” serunya kesal.
Selain itu, kemacetan tersebut juga potensi risiko keamanan. Jembatan yang penuh sesak, ambulans yang tidak dapat bergerak, dan laporan dari pengendara tentang jembatan yang “goyang” menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut tentang keselamatan publik.
Penyelenggara acara besar seharusnya memahami dampak luas yang ditimbulkan terhadap masyarakat. Pengaturan lalu lintas yang buruk tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari warga, tetapi juga dapat membahayakan nyawa orang lain. []
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Agus P Sarjono