KOTAWARINGIN TIMUR – Pengusaha rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), terpaksa menjual rugi rotan mereka demi menyelamatkan nasib karyawan mereka agar bisa tetap mendapat penghasilan.
“Ini dampak keputusan pemerintah yang hanya mengakomodir pelaku usaha rotan di pulah Jawa, tapi tidak mempertimbangkan nasib petani dan pelaku usaha rotan di daerah penghasil, seperti Kalteng, khususnya di Kotawaringin Timur ini,” tandas Dahlan Ismail, salah satu pengusaha rotan di Kecamata Kotabesi, Senin.
Sudah sepuluh hari ini, sama sekali tidak ada pembeli yang datang membeli rotan. Kondisi ini tidak hanya dialami Dahlan, tetapi juga pelaku usaha rotan lainnya di Kotim.
Untuk menyelamatkan nasib karyawan agar bisa tetap mendapatkan penghasilan, Dahlan mengaku menjual rugi rotan miliknya. Ini terpaksa dilakukan agar semua tetap berjalan meski dirinya secara pribadi mengalami kerugian.
Selain mengolah rotan dari hasil kebun miliknya sendiri, Dahlan juga menampung rotan dari petani lainnya. Lantaran sepi pembeli, dia terpaksa menjual murah rotan miliknya. Pilihan ini cukup berat namun harus dilakukannya agar puluhan karyawannya tetap mendapat penghasilan.
Saat kondisi normal rotan mentah dijual Rp 3000 per kilogram, namun saat ini hanya Rp 1.500 per kilogram. Sementara itu rotan kering yang biasanya laku Rp 12.000 per kilogram, kini hanya dihargai Rp 7.500 per kilogram. Itu pun jika ada pembeli yang datang membeli.
“Tidak ada pembeli sama sekali. Bahkan sudah banyak gudang rotan yang tutup. Terakhir saya mengirim ke Banjarmasin. Sekarang terpaksa jual rugi agar karyawan tetap dapat upah dan saya juga tidak kehabisan modal. Satu minggu paling satu truk, ya cukup untuk operasional,” ucap Dahlan.
Sektor rotan terpuruk setelah pemerintah melarang ekspor rotan mentah mulai akhir 2011 lalu. Sejak saat itu, banyak pengusaha rotan di Kotim gulung tikar sehingga diperkirakan ada ribuan warga kehilangan mata pencaharian.
Dahlan adalah salah satu pelaku usaha rotan yang getol memprotes kebijakan tersebut bahkan sudah beberapa kali ikut menyampaikan aspirasi ini ke tingkat pusat. Dia mengaku sudah kenyang dengan janji-janji manis yang ditawarkan pemerintah, namun hingga kini tidak terbukti.
Dahlan menegaskan, rotan di Kotim merupakan hasil budidaya yang bisa terus diambil hasilnya. Tiap kali ditebang, kata dia, rotan justru akan makin subur. Dia berdoa semoga pemerintah membuka mata hati memperhatikan nasib petani dan pelaku usaha rotan yang kini terpuruk karena selama ini sektor rotan tidak pernah merepotkan pemerintah, bahkan malah berkontribusi besar mengurangi pengangguran dan kemiskinan. [] ANT