PESTA adat Erau tahun ini kembali digelar setelah tahun sebelumnya terkendala karena pandemi. Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) turut andil memeriahkannya lewat penyelenggaraan lomba-lomba olahraga tradisional. Warga dari seluruh penjuru Kukar pun datang ke Tenggarong turut memeriahkan.
Berdasarkan hasil rapat teknis panitia dan koordinator perlombaan, di Aula Dispora Kukar, Gedung Beladiri, Kompleks Stadion Aji Imbut Tenggarong Seberang, Sabtu (24/09/2022), ada ratusan orang dari berbagai kecamatan yang telah terdaftar sebagai peserta 11 cabang olahraga tradisional yang digarap Dispora Kukar.
Dalam technical meeting yang dipimpin Kartika Sari, Sub Koordiantor Seksi Olahraga Tradisional dan Rekreasi Dispora Kukar, sebanyak 36 peserta dari Kecamatan Sebulu, Muara Jawa, Anggana, Loa Kulu, Loa Janan, Tenggarong, Kota Bangun, Sanga-Sanga, Marangkayu, dan Anggana turut hadir menjadi perwakilan klub olahraga tradisional.
Secara teknis, Kartika Sari menyampaikan arahan tentang lokasi pelaksanaan lomba dan masalah peserta. Untuk lokasi lomba beberapa cabang olahraga tradisional, sesuai permintaan pihak Kesultanan Kutai ing Martadipura, dipusatkan di sekitar Museum Mulawarman. “Sesuai permintaan Kesultanan, pelaksanaannya dipusatkan di sekitar museum,” ujar Kartika Sari kepada para koordinator dan perwakilan lomba.
Untuk masalah peserta lomba, lanjut dia, juga perlu mempertimbangkan warga dari berbagai daerah yang datangnya belakangan dan belum terdaftar sebagai peserta. Namun demikian, jumlah peserta lomba harus dipastikan masing-masing koordinator lomba. Diperkirakan, jumlah peserta lomba 11 cabang olahraga tradisional mencapai ratusan orang.
Usai rapat teknis, para koordinator bersama klub masing-masing cabang olahraga tradisional kemudian menggelar rapat lanjutan untuk membahas aturan teknis dan validasi peserta lomba. Hingga petang hari, kepastian peserta seluruh cabang olahraga tradisional juga belum dapat diketahui, karena jumlahnya terus berubah.
Prosesi Erau diagendakan berlangsung dari tanggal 20 September hingga 4 Oktober 2022, seremonial pembukaannya berlangsung Minggu (25/09/2022) besok. Ritual Erau dimulai dengan Menjamu Benua, mengabarkan kepada penghuni dimensi astral bahwa Pesta Adat Erau mulai dilaksanakan. Salah satu tujuannya agar keselamatan warga dapat terjaga. Proses Erau nantinya akan ditutup dengan ritual mengulur naga dan belimbur.
Meskipun Erau dilaksanakan selama dua pekan, namun lomba olahraga tradisional tidak berlangsung lama, hanya empat hari, dari Minggu (25/09/2022) hingga Kamis (29/09/2022). Adapun 11 cabang olahraga tradisional yang diperlombakan adalah Engrang, Belego, Begasing, Ketael, Panahan, Dagongan, Behempas Bantal, Kelom Panjang, Hadang, Menyumpit, dan BMX Cross.
DAGONGAN
Pada tanggal 26-27 September 2022 bertempat di halaman depan Museum Mulawarman digelar pertandingan dagongan. Sebenarnya permainan dagongan merupakan kebalikan dari permainan tarik tambang. Dagongan dimainkan dengan cara saling dorong-mendorong bambu antar kedua regu untuk memperoleh kemenangan.
Bambu yang dipergunakan dalam permainan olahraga tradisional ini adalah menggunakan bambu yang mempunyai ketebalan dan kekuatan yang disyaratkan. Tidak diperkenankan menggunakan bambu dengan diameter yang terlalu kecil dan mudah patah, karena dapat membahayakan seluruh pemain.
Bambu yang dipergunakan minimal berdiameter 12 cm – 18 cm dengan ukuran panjang 5 m – 8 m. Dagongan dimainkan secara beregu, baik putera maupun puteri. Jumlah anggota regu sebanyak 7 orang, terdiri dari 5 pemain dan 2 cadangan.
Ardiansyah Sukri sebagai Koordinator Induk Olahraga Tradisional (Inorga) dan juga Sub Bagian Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda Dispora Kukar menjelaskan, sebenarnya tidak ada perubahan signifikan dari 2 tahun sebelumnya. “Sebetulnya kita berharap tahun ini jauh lebih banyak, ternyata kurang dari tahun sebelumnya,” ujar Ardiansyah.
Ia memperkirakan lantaran faktor dari kenaikan harga BBM, sehingga yang dari luar Tenggarong semisal dari kecamatan yang lokasinya jauh, mereka tidak mungkin pulang-pergi sekadar untuk mengikuti kegiatan Erau. “Apalagi membawa rombongan, pasti ada biaya lainnya yang harus ditanggung masing-masing peserta. Yang pasti minyak kendaraan, makan minum dan penginapan,” katanya.
Dan tahun ini untuk Dagongan ada pembatasan berat badan yang diterapkan kepada tim (5 orang) yang akan bertanding baik putra maupun putri. “Untuk putra berat total keseluruhan tim 450 kilogram, sedangkan putri 350 kg,” jelasnya.
Di bagian lain disampaikan pula, permainan ini sudah menjadi permainan yang dinasionalkan dan masuk kalender Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) bulan lalu di Pelembang. “Untuk atlet Dagongan Kaltim diwakili dari Desa Sidomulyo Kecamatan Anggana,” tukasnya.
Ia berharap olahraga ini lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas dan terus dikembangkan sebagai aset budaya bangsa yang berkesinambungan. Sementara, Saipul Anwar, peserta dari kontingen Loa Janan, mengatakan timnya setiap tahun selama kegiatan olahraga tradisional dalam acara Erau selalu hadir. “Hanya 2 tahun terakhir saja kami tidak hadir karena adanya pandemi Covid-19,” katanya.
Sebagai masyarakat Loa Jalan dalam memeriahkan Erau, selalu berpartisipasi untuk mengangkat dan mengenalkan kembali olahraga tradisional peninggalan nenek moyang. “Artinya peninggalan ini tidak boleh hilang, karenanya kami membawa anak-anak untuk ikut dalam kegiatan ini,” akunya.
Saipul berharap ke depannya agar sosialisasi-sosialisasi dari Dispora lebih diperbanyak lagi agar nanti acaranya menjadi lebih meriah.
HADANG
Untuk perlombaan hadang yang merupakan olahraga asli tradisi nusantara, digelar mulai 26-29 September 2022, di halaman depan Museum Mulawarman. Hadang biasa dikenal dengan sebutan gobak sodor, galah asin, hingga sodoran tergantung dari daerahnya. Untuk di Kutai sendiri hadang disebut dengan asen naga, namun saat ini sudah diresmikan menjadi Hadang.
Hadang dimainkan secara kelompok terdiri dari 8 orang dengan 3 pemain cadangan. Biasanya membutuhkan area petak persegi panjang yang mempunyai panjang lapangan 15 meter dan lebar 9 meter. Kemudian area dibagi 6 petak dengan ukuran masing-masing petak 4,5 meter x 5 meter. Pinggir lapangan sebaiknya diberi tanda dengan kapur.
Garis permainan ditandai dengan garis selebar 5 cm, dan upayakan pembuatan garis tersebut tidak mudah luntur atau hilang. Permainan hadang biasanya dilakukan dalam waktu 2 x 15 menit. Pemenang dalam permainan ini ditentukan dari besarnya nilai yang diperoleh salah satu regu, setelah permainan berakhir.
Penetapan nilai diambil dari setiap pemain yang berhasil melewati garis depan sampai dengan garis belakang diberi nilai satu. Dan pemain yang juga berhasil melewati garis belakang sampai dengan garis depan diberi nilai satu. Dengan menjaga daerahnya masing-masing agar tidak dilewati oleh pihak lawan. Apabila pihak lawan terkena sentuhan oleh pihak yang menjaga pertahanan, maka dinyatakan kalah.
Kartika Sari selaku Pelaksana Teknis Olahraga Tradisional dan Rekreasi di momen Erau, menjelaskan bahwa permainan hadang ini merupakan salah satu dari 11 olahraga tradisional yang diperlombakan. Ia juga menyampaikan bahwa olahraga hadang ini berfokus kepada kelincahan dan kepekaan para pemainnya untuk memperhatikan gerak gerik lawan.
Ia berharap kegiatan ini terus berlangsung setiap tahun, dan juga berdoa semoga pandemi Covid-19 berakhir. “Agar kita semua bisa terus melakukan kegiatan olahraga seperti ini. Mudah-mudahan tahun depan peserta dan minat antusias masyarakat terhadap olahraga tradisional ini semakin banyak lagi dari perwakilan masing-masing daerah,” katanya.
Di bagian lain Kartika juga menjelaskan para peserta ada yang dari luar Kukar, antara lain Kutim, Kubar, dan Bontang. “Untuk yang dari Kukar, ada 10 kecamatan yang ikut memeriahkan kegiatan olahraga tradisional ini,” jelasnya.
Dikatakan antusias para peserta sangat luar biasa, bahkan mereka ada tetap berangkat menggunakan dana pribadi atau swadaya. “Mereka iuran, artinya mereka tidak ingin memberatkan pemerintah karena mereka sendiri berkeinginan agar olahraga tradisional ini lestari,” ujar Kartika, bersemangat.
Terpisah, Tapa, salah satu atlet olahraga tradisional hadang dari Muara Wis, menyambut gembira ikut kegiatan ini lantaran bertanding sekalian menjalin silaturahmi yang sudah 2 tahun sempat terhalang. “Saya berharap olahraga tradisional dapat berkembang bukan cuma di tingkat daerah namun juga nasional. Dan kami nanti rencananya akan dikirim ke Jawa Barat untuk mengikuti pertandingan hadang,” tuturnya.
BEGASING
Olahraga adu ketahanan memutar gasing menjadi salah satu tontonan yang asyik di sela-sela penyelenggaraan Erau 2022. Dari kalangan dewasa maupun anak-anak masih meminati berbagai jenis olahraga tradisional yang telah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun.
Salah satu olahraga tradisional yang masih banyak diminati oleh berbagai kalangan usia adalah begasing. Minggu, 25 September 2022 bertepatan dengan pembukaan Erau Adat Pelas Benua dan juga Hari Jadi Kota Tenggarong ke-240, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutai Kartanegara menyelenggarakan lomba olahraga tradisional, salah satunya adalah begasing.
Cuaca akhir pekan yang cerah, seolah mengajak puluhan masyarakat berkumpul di depan Halaman Planetarium Tenggarong menyaksikan olahraga tradisional begasing yang merupakan bagian dari rangkaian Erau. Begasing merupakan permainan yang dilakukan menggunakan alat berupa gasing dan tali penarik. Gasing merupakan sebongkah kayu berbentuk lonjong dengan diameter sekitar 10-15 centimeter dengan tinggi sekitar 15-20 centimeter.
Salah satu ujung dibuat lancip dan memiliki permukaan yang licin. Pada ujungnya, dipasang bahan logam sebagai poros putaran. Sementara, tali penarik yang digunakan berdiameter sekitar 0,5 centimeter dengan panjang 1-1,5 meter. Tali ini dililitkan ke gasing dengan bagian ujung tali dikaitkan ke jari sang pemain. Gasing kemudian dilemparkan ke bawah seperti membanting sesuatu sehingga tali yang melilitnya membuat gasing tersebut berputar.
Saat dihampiri ketika lomba, Indra selaku Koordinator Inorga Begasing menjelaskan, untuk hari pertama dimainkan kategori Turai. Sistem permainan ini gasing akan diputarkan pada wadah triplek, lalu nanti akan adu ketahanan putaran dari masing-masing gasing. Gasing yang berputar paling lama, maka itulah yang menjadi pemenangnya. Sistem penilaian ini merupakan sistem gugur sekali main.
Peserta pertandingan kategori Turai sebanyak 145 orang dari pelbagai kalangan, mulai anak-anak hingga dewasa, dari penjuru Kutai Kartanegara. “Ada 5 orang yang bertanding, dari kelima orang ini kami akan mengambil 2 orang untuk lanjut ke babak selanjutnya. Kami berharap ke depannya permainan begasing ini menjadi olahraga tradisional yang bergengsi dan nasional ke depannya. Kami juga berharap diadakan bermacam pertandingan untuk olahraga,” papar Indra.
Pada kesempatan berbeda, Indra menjelaskan tentang lomba begasing lainnya, yakni yang berfokus kepada ketahanan berputarnya gasing. Nantinya pemain akan diminta memutarkan gasing tepat pada titik pusat lingkaran, lalu pemain lawan akan memukul gasing lawan menggunakan gasing miliknya. “Untuk yang hari ini kita akan menerapkan sistem poin. Kami sudah menyiapkan sebuah lingkaran besar dengan dua lingkaran kecil di dalamnya,” terang Indra.
Ketentuan permainannya adalah ketika memukul gasing lawan, gasing lawan harus keluar dari lingkaran besar. Sedangkan gasing yang memukul harus tetap di dalam lingkaran untuk mendapatkan poin, bila pemukul gasing tidak dapat mengeluarkan gasing lawan dari lingkaran besar maka dianggap mendapat nilai nol.
Ketika gasing pemukul dapat mengeluarkan gasing lawan dan berada pada posisi pusat lingkaran maka akan mendapat 10 poin. Jika berada pada lingkaran kedua maka mendapat 8 poin, dan jika berada pada lingkungan besar ketiga mendapat kan 5 poin.
HarianKaltim.com juga sempat menanyakan kepada peserta lomba terkait pelaksanaan lomba ini yang sudah vakum selama 2 tahun karena pandemi covid-19. Sabran, salah satu peserta asal Tenggarong mengatakan karena adanya libur selama pandemi Covid-19 ini, sehingga para pegiat olahraga tradisional gasing agak mengalami kesulitan.
Ia berharap untuk tahun-tahun mendatang olahraga begasing harus dapat dikenalkan lagi kepada semua lapisan masyarakat. “Karena tidak adanya tempat atau wadah untuk kami bertanding. Kami merasa bahwa karena libur 2 tahun ini kami perlu latihan ulang lagi. Dengan diberikan ruang atau wadah pertandingan, agar lebih banyak lagi peminat dan semakin meriah kegiatan lomba seperti ini,” paparnya.
KELOM PANJANG
Dalam kesempatan lainnya, lomba kelom panjang digelar. Permainan ini merupakan permainan yang menggunakan sandal/terompah panjang dan terbuat dari kayu ringan yang berderet. Permainan kelom panjang ini melatih kekompakan dari para pemainnya. Saat ditemui usai pertandingan kelom panjang, Trimo selaku Koordinator Inorga Kelom Panjang menyampaikan kegiatan ini diselenggarakan agar melestarikan budaya olahraga tradisional seperti ini.
Antusiasme masyarakat sangat bagus, terlihat dari banyaknya peserta yang ikut dalam kegiatan ini. Trimo menjelaskan, peserta putra 16 regu dan putri ada 9 regu. Masing-masing regu berjumlah 5 orang. Peserta dari kegiatan ini berasal dari daerah sekitar Kutai Kartanegara. Permainan ini dilakukan oleh 5 orang, dengan mengandalkan kekompakan dan kerja sama regu pemain.
Para pemain diminta untuk melangkah beradu kecepatan menggunakan kelom panjang sejauh 25 meter dan kembali lagi ke garis start. Dalam pelaksanaan kegiatan ini terdapat sedikit kendala yakni kelom panjang yang digunakan untuk kegiatan ini terjadi kerusakan setelah dilakukan beberapa kali pertandingan.
Terkait kendala ini, Trimo menjelaskan bahwa peralatan untuk pelaksanaan kelom panjang ini berbahan karet untuk penahan kaki. “Tapi penahan ini jebol atau lepas dikarenakan kekuatan dan semangat dari para peserta ini sangat besar sehingga peralatan menjadi rusak,” terangnya.
Di bagian lain, ia menyampaikan harapan agar di tahun depan agar olahraga tradisional seperti ini bisa terus maju dan tidak terlupakan. Dalam perlombaannya sendiri juga terdapat beberapa peserta yang jatuh dikarenakan kurangnya kekompakan regu, sehingga menimbulkan luka-luka pada peserta. Untungnya, pihak panitia sudah mengantisipasi dengan menyiapkan tim medis dari Satuan Polisi Pramong Praja (Satpol PP) Kukar.
KETAPEL
Permainan ketapel menjadi salah satu olahraga tradisional yang diperlombakan dalam rangka memeriahkan Erau Adat Pelas Benua 2022 dan Hari Jadi Kota Tenggarong ke-240 di halaman Planetarium Tenggarong, Minggu (25/09/2022). Pertandingan ini diikuti lebih 200 peserta dari pelbagai daerah, bahkan luar Kukar, di antaranya Kota Samarinda dan Balikpapan.
Karena juga sebagai ajang silaturahmi para pehobi olahraga tradisional ketapel ini. Saat ditemui di lapangan, Noor Syam Dani selaku koordinator perlombaan ketapel, menjelaskan bahwa ketapel merupakan olahraga tradisional yang memang sejak dahulu sudah ada namun tidak diperlombakan. Hanya saja, dua hingga tiga tahun belakang ini olahraga ketapel dijadikan ajang perlombaan karena sudah ada kegiatannya.
Untuk teknis permainannya, para peserta diminta untuk menembak target kaleng yang ada di depan. Noor Syam Dani menjelaskan karena di Erau ini perlombaan masih dikhususkan untuk pemula, maka target yang ditembak adalah kaleng. Berbeda jika sudah senior, maka targetnya sudah spiner (lingkaran target).
Adapun sistem penilaian dari olahraga ini yakni peserta nanti akan diberikan 10 peluru Gotri. Peluru ini nantinya akan dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama peserta menembak 5 peluru, begitu juga pada sesi ke dua. Setiap tembakan yang dapat menjatuhkan kaleng, maka itulah poinnya, setiap satu kaleng yang jatuh dihitung sebagai satu poin.
Di bagian lain Noor Syam Dani berharap olahraga tradisional ketapel harus terus dilestarikan. Ia melanjutkan, paling tidak setiap tahun digelar acara besar olahraga ketapel, agar semakin banyak yang tahu dan meningkatkan peminatnya. “Harapan saya sebagai koordinator ketapel dan penggerak olahraga tradisional, ketapel ini perlu ditingkatkan, dilestarikan dan dikembangkan khususnya di tempat kita Kutai Kartanegara ini,” ulasnya.
ENGRANG
Terkait olah raga tradisional Engrang yang dilaksanakan di halaman Planetarium, pada 25-26 September 2022, Saipul selaku Koordinator Inorga Engrang, menjelaskan peserta dalam perlombaan ini ada 12 regu untuk kategori putra dari 5 kecamatan dan untuk putri ada 6 regu.
Diterangkan pula, aturan mainnya adalah permainan beregu estafet, dalam satu regu terdiri dari 3 orang pemain. Pemain pertama nantinya akan menempuh jarak sejauh 50 meter. “Namun karena kendala ukuran lapangan hanya 25 meter, maka tiap pemain akan bolak balik baru bergantian dengan pemain ke-2 dan seterusnya,” jelas Saipul.
Di bagian lain, ia berharap khususnya dari Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) agar memberikan ruang kegiatan olahraga seperti ini untuk memasarkan kepada masyarakat. “Agar masyarakat kembali gemar memainkan olahraga tradisional dan juga untuk dapat melestarikan nilai-nilai olahraga tradisional,” harapnya.
Ia menilai kegiatan ini merupakan sebuah terobosan yang sangat positif karena dapat mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat pada masa sekarang ini. “Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter yang baik tentunya,” ujarnya.
Dari pantauan media ini, perlombaan berlangsung sangat meriah sekali dengan antusias dan banyaknya jumlah penonton menyemangati para peserta lomba. “Saya pun berharap digelarnya lomba olahraga tradisional ini membawa hal positif nantinya, agar permainan-permainan tradisional tidak terlupakan dan ke depan bisa semakin banyak peminatnya,” harap Saipul.
BELOGO
Terkait perlombaan belogo, Suhanda selaku Koordinator Inorga Belogo menjelaskan aturan main dan peralatannya. Alatnya terdiri dari stik (campa, dalam istilah Oltras. Red), dan 3 anak sasaran yang masing-masing disebut sasaran 1 (kawe), sasaran 2 (tengah) dan sasaran 3 (bela).
Sedangkan logo adalah perangkat utama dari permainan ini yaitu kepingan berbentuk segi tiga terbuat dari batok kelapa yang dihaluskan dengan amplas di kedua sisinya. Logo ini dimainkan dengan cara dicungkil menggunakan sebuah tongkat yang disebut campak. Setiap pemain hanya memiliki kesempatan dua kali dalam setiap ronde untuk menjatuhkan logo lawan.
Pada kesempatan pertama, jika seorang pemain mampu menjatuhkan sebuah logo lawan, maka poin yang didapat akan digandakan sesuai posisi logo lawan tersebut. Namun jika seorang pemain mampu mengenai langsung logo lawan di posisi paling terakhir, maka permainan pada ronde tersebut selesai dan regu tersebut mendapatkan poin maksimal. Dalam suatu pertandingan, biasanya ada batasan waktu dalam setiap rondenya.
Pemenang ditentukan ketika berhasil mengumpulkan poin yang tertinggi. Dalam even Erau kali ini, jumlah peserta lomba berasal dari pelbagai daerah di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. “Untuk jumlah peserta yang bermain kami tidak membatasi, siapa pun yang ingin ikut berlomba kami siap menerima,” ujar Suhanda, Minggu (25/09/2022). []
Reporter: Tusiman | Editor: Hadi Purnomo