SAMARINDA – IMBAS kemarau panjang yang melanda wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) sejak bulan Juli 2023 kemarin, membuat hujan tak kunjung turun. Dampaknya, debit air Sungai Mahakam terus mengalami penurunan dan menimbulkan intrusi air laut.
Untuk diketahui intrusi air laut adalah naiknya batas antara permukaan air tanah atau air sungai dengan permukaan air laut ke arah daratan, sedang menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) intrusi air laut itu disebabkan pasang tinggi laut sehingga dorongan air laut lebih kuat.
Intrusi air laut di Sungai Mahakam ini telah sampai ke perairan di Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kaltim. Hal itu membuat pengelola Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Mahakam Samarinda sewaktu-waktu bisa menghentikan distribusi air bersihnya kepada warga.
Menghadapi kondisi ini, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda Abdul Rofik berencana akan memanggil pihak terkait. Perumdam Tirta Mahakam akan diundang untuk Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait langkah apa yang akan disiapkan ketika intrusi air laut menggangu pengolahan air bersih.
“Kami dari Komisi II akan memanggil Perumdam agar bisa mengantisipasi. Bukan sekedar himbauan, tetapi bagaimana solusinya. Apakah mencari bahan baku semakin ke ujung atau bagaimana. Jangan sampai masyarakat kekurangan air minum atau air bersih, gara-gara tidak ada suplai,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, Sabtu (05/08/2023).
Wakil Rakyat kelahiran Bangkalan, 16 November 1970 ini mengatakan, pihaknya akan secepatnya melakukan RDP dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. “Dalam waktu dekat kami akan memanggil pihak terkait, Pemerintah Kota atau Perumdam. Bagaimana teknik mereka untuk melayani masyarakat agar tidak gundah,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, dia berharap masyarakat dapat saling membantu dan jangan saling mengambil keuntungan untuk mengatasi krisis air nanti.
“Pemerintah telah berjuang memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Sehingga gotong royong, saling membantu antara masyarakat dengan masyarakat dan masyarakat dengan pemerintah bersatu untuk menanggulangi segala sesuatu. Jangan sampai, kita bahagia tetapi tetangga sebelah menderita,” tutup Ropik, sapaan akrabnya. []
Penulis: Guntur Riyadi | Penyunting : Agus P Sarjono