KUTAI KARTANEGARA – STAF Ahli Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Bidang Pemerintahan dan Kesra Didi Ramyadi menerima kunjungan Direksi PT Graha 165 di ruang Eksekutif Kantor Bupati Kukar, Jalan Wolter Monginsidi, Tenggarong, Kamis (21/09/2023) lalu.
Kedatangan jajaran Direksi PT Graha 165 yang dipimpin Komisaris Utama Aries Muftie didamping Direktur Utama Puguh Witjaksono, Direktur Nining Purwaningsih dan Pemilik PT Indmira Jalatech Aryo Wiryawan itu dalam rangka membahas penyertaan modal dan kajian investasi lumbung pangan.
Sementara Didi Ramyadi didampingi perwakilan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kukar Andi Wahyuni, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kukar Ahmad Maris dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Kukar Bagus.
Dalam pertemuan tersebut, PT Graha 165 memaparkan aset-aset yang dimiliki perusahaan dengan hasil laporan keuangan tahunan mengalami tren positif, serta pemaparan konsep terkait kajian investasi berkaitan dengan lumbung pangan.
Dalam kajian tersebut, pangan yang memiliki potensi di antaranya budidaya udang windu dan vannamei, serta menjadikan farming estate (padi) dalam memenuhi kebutuhan supply pangan untuk Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan Ibu Kota Negara (IKN).
Staf Ahli Bupati Kukar Didi Ramyadi menyambut baik kehadiran Direksi PT Graha dan jajarannya di Kukar. Dia mengatakan, apa yang telah dipresentasikan oleh PT Graha akan disampaikan kepada Bupati Kutai Kartanegara, sehingga jajaran di Pemkab Kukar bisa menerjemahkan apa yang menjadi pandangan Bupati dan bisa melakukan pertemuan khusus ke depannya.
“Nanti kita akan buatkan laporan kepada Bupati Kukar terkait pertemuan kita pada hari ini, siapa tahu bapak bupati ada waktu khusus untuk bertemu bapak ibu, apakah di Tenggarong atau di Menara Graha 165,” kata Didi.
Dirinya mengatakan tertarik mengenai konsep lumbung pangan yang telah dipresentasikan dan nantinya melakukan koordinasi ke lapangan untuk budidaya udang windu.
“Terutama terkait lumbung pangan, nanti langsung koordinasi ke lapangan untuk menjajaki kita mengeksplore udang windu. Kita bisa buka di Muara Badak, kalau di Samboja kan sudah masuk IKN, jadi tidak bisa eksplor di sana,” tutupnya. []
Penulis : Jemi Irlanda Haikal | Penyunting : Agus P Sarjono