NEW YORK – Google memecat seorang karyawan yang melakukan protes Pro-Palestina saat forum pimpinan perusahaan digelar di Kota New York, Amerika Serikat (AS) pekan lalu. “Saya menolak untuk membangun teknologi yang mendukung genosida, apartheid atau pengawasan,” teriak mantan karyawan Google Cloud pada, Senin (04/03/2024) lalu dalam sebuah video yang kemudian menjadi viral di media sosial (medsos).
Karyawan tersebut melancarkan protes saat Pimpinan Google Israel Barak Regev berpidato. “Proyek Nimbus (terkait penyediaan layanan komputasi awan (cloud) yang diperuntukkan bagi militer dan pemerintah Israel, Red) membahayakan anggota komunitas Palestina,” teriaknya ketika petugas keamanan mengawalnya keluar dari area tersebut.
Seorang juru bicara Google mengatakan bahwa karyawan tersebut dipecat karena mengganggu acara resmi yang disponsori perusahaan. “Perilaku ini tidak baik, apa pun masalahnya, dan karyawan tersebut dipecat karena melanggar kebijakan kami,” ujar juru bicara tersebut tanpa merinci kebijakan mana yang dilanggar oleh mantan karyawan tersebut, Senin (11/03/2024).
Proyek Nimbus dikecam oleh para pendukung Pro-Palestina. Proyek tersebut mencakup kontrak lebih dari US$1 miliar antara Google dan Amazon, serta pemerintah dan militer Israel, untuk menyediakan layanan komputasi awan kepada Tel Aviv.
Kecaman karyawan Google dan Amazon tertuang dalam surat terbuka pada 2021 lalu diterbitkan Guardian. Dalam surat itu, mereka menilai proyek tersebut akan membuat diskriminasi dan pengusiran sistematis yang dilakukan oleh militer dan pemerintah Israel menjadi lebih kejam dan mematikan bagi warga Palestina.
“Teknologi ini memungkinkan pengawasan lebih lanjut dan pengumpulan data yang melanggar hukum mengenai warga Palestina, dan memfasilitasi perluasan pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina,” ujar surat tersebut, yang ditandatangani oleh 90 pekerja di Google dan lebih dari 300 pekerja di Amazon pada saat itu.
Pekan lalu, lebih dari 600 karyawan Google menulis surat internal kepada pimpinan pemasaran perusahaan yang menuntut perusahaan teknologi tersebut membatalkan sponsornya pada Forum Mind the Tech tempat Regev berbicara. Pertemuan tersebut merupakan acara yang dimaksudkan untuk menyoroti kemajuan dalam industri teknologi Israel.
“Mohon menarik diri dari Mind the Tech, menyampaikan permintaan maaf, dan mendukung Google serta pelanggan yang putus asa atas banyaknya korban jiwa di Gaza, kami membutuhkan Google untuk berbuat lebih baik,” kata surat itu.
Israel melancarkan serangan di Gaza sejak, 07 Oktober 2023 lalu. Hingga kini, serangan yang dinilai sebagai aksi Genosida oleh Mahkamah Internasional itu sudah menewaskan lebih dari 30.800 orang dan melukai hampir 73 ribu lainnya. Israel juga menerapkan blokade yang melumpuhkan wilayah kantong Palestina, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat sekitar 85 persen warga Gaza terpaksa mengungsi akibat serangan Israel di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Serangan itu juga menyebabkan 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut rusak. []
Redaksi07