PONTIANAK – Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Kadisbunnak) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) Heronimus Hero mengatakan Kota Pontianak dan Kabupaten Landak menjadi sasaran program untuk memitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana, Red) demam babi di daerah itu.
“Kedua daerah tersebut menjadi daerah untuk Intervensi Biosekuriti (Ketahanan hayati, Red) Komunitas African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (Community ASF Biosecurity Intervention/CABI) sebagai langkah untuk mengikuti keberhasilan implementasi program percontohan CABI di Sulawesi Utara (Sulut),” ujarnya di Pontianak, Rabu (01/05/2024).
Ia mengatakan bantuan program tersebut bermanfaat untuk mencegah penyakit ASF dan penyakit lainnya, sekaligus menjaga kualitas produk babi. “Kami berharap semakin banyak peternak dapat menerapkan biosekuriti di peternakannya dan penerapan program CABI dapat dilakukan secara maksimal untuk membangkitkan kembali minat masyarakat untuk kembali beternak babi,” kata dia.
Pihaknya terus mengawal dan memastikan virus AfricanSwineFever/flu babi Afrika (ASF) terkendali dan pasokan daging potong tetap lancar. Sebelum kasus demam babi Afrika, katanya, Kalbar menjadi sentra dan surplus babi. Produksi Kalbar mencapai 500 ribu ekor per tahun, sedangkan saat ini hanya mampu produksi 46 ribu ekor.
“Kebutuhan babi di Kalbar per tahun capai 84.500 ekor. Artinya saat ini hampir separuh harus didatangkan dari luar Kalbar, seperti Bali, Lampung, dan lainnya agar ketersediaan daging babi hadir dan bisa memenuhi kebutuhan yang ada,” kata dia. Program CABI di Kalbar dihadirkan oleh Kementerian Pertanian bersama Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO), didukung Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan (MAFRA) Republik Korea. []
Redaksi07