TENGGARONG – Di tengah gemerlap kota dan modernisasi, Sanggar Tari Bebaya hadir sebagai oase budaya, menjaga dan melestarikan seni tari tradisional di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Sanggar yang didirikan oleh Muhammad Nur Rahman bersama beberapa temannya pada tahun 2003 lalu, telah menjadi tempat bagi generasi muda untuk menyalurkan bakat dan kecintaan mereka terhadap seni tari.
Tanpa pengalaman formal di dunia tari, Muhammad Nur Rahman bersama teman-temannya nekat mendirikan Sanggar Tari Bebaya dengan tujuan menyalurkan dan membagikan kecintaan mereka terhadap seni tari kepada generasi muda.
“Inspirasi saya berasal dari pengalaman belajar dan merasakan suka duka dalam dunia tari. Saya ingin menciptakan aturan yang tidak merugikan orang tua dan tidak menyusahkan anak-anak,” ujar pria yang akrab disapa Inoenk ketika ditemui beritaborneo.com di Sanggar Tari Bebaya Jalan AM Sangaji, Tenggarong, Jumat (05/07/2024).
Inoenk mengungkapkan, sanggar yang dipimpinnya tersebut telah meraih berbagai prestasi. Termasuk tampil di festival tingkat provinsi dan nasional. Dia mengaku bangga dengan pencapaian anak-anak didiknya yang telah meraih berbagai penghargaan.
Kepedulian untuk terus memelihara dan memasyarakat kebudayaan, khususnya seni tari tradisional diwujudkan Sanggar Tari Bebaya melalui kerjasama dengan beberapa sekolah di Tenggarong. Mereka mengajarkan tarian tradisional hingga kontemporer kepada para pelajar.
Di Sanggar Tari Bebaya, para siswa diajarkan berbagai jenis tarian, mulai dari tari tradisional hingga modern. “Kami tidak mengkhususkan pada satu jenis tarian saja. Semua jenis tarian kami ajarkan agar anak-anak memiliki pengetahuan yang luas tentang seni tari,” jelas Inoenk.
Meskipun berdiri secara mandiri, Sanggar Tari Bebaya mendapat dukungan dari pemerintah setempat melalui berbagai program kerja sama. “Pemerintah dan beberapa kelurahan sangat mendukung, mereka juga menawarkan berbagai program kerja sama,” bebernya.
Salah satu momen paling berkesan bagi Inoenk adalah saat ulang tahun sanggar, di mana anak-anak dan orang tua bersama-sama merayakan dengan penampilan tari. “Momen tersebut sangat mengesankan karena melibatkan semua orang, dari murid hingga orang tua,” kenangnya.
Di akhir wawancara, Rahman berpesan kepada semua pecinta seni untuk terus berkarya dan tidak pernah merasa puas. “Seni itu tidak ada putusnya. Jangan pernah bosan untuk terus belajar dan berkarya,” tutup Inoenk dengan senyum.
Dengan dedikasi dan semangat yang luar biasa, Sanggar Tari Bebaya tidak hanya mengajarkan seni tari, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Mereka adalah penjaga warisan budaya yang akan terus menginspirasi banyak orang. []
Penulis: Nur Rahma Putri Aprilia | Penyunting: Agus P Sarjono
Love you stb 💕💕💕