TENGGARONG – DINAS Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu di dua tempat, SMPN 1 Tenggarong dan Hotel Grand Elty Singgasana Tenggarong, 1 hingga 2 September 2024 mendatang.
Ketua Panitia Awang Rifani menjelaskan, acara yang mengusung tema “Basa Kutai” ini bertujuan untuk melestarikan sekaligus mengembangkan bahasa dan budaya lokal. Hal itu kata dia, juga merupakan upaya konkret Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar melalui Disdikbud untuk mempertahankan identitas budaya Kutai di tengah arus globalisasi.
“Festival ini tidak hanya sekadar lomba, tetapi juga sarana edukasi dan apresiasi bagi generasi muda terhadap kekayaan budaya lokal,” imbuh Awang Rifani yang ditemui beritaborneo.com di Kantin Kampus Unikarta, Tenggarong, Kamis (29/08/2024).
Dia mengungkapkan, berbagai lomba tingkat SD dan SMP diadakan dalam festival ini. Seperti protak dongeng, lagu tingkilan, membaca puisi, betarsul, mengarang kesah pendak, dan belocoan. Semua kegiatan ini menggunakan Bahasa Kutai, yang menjadi ciri khas budaya daerah tersebut.
“Dengan adanya lomba-lomba ini, kami berharap anak-anak dapat lebih mengenal dan mencintai Bahasa Kutai, serta menjadikannya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari,” tambah Awang Rifani.
Festival tersebut lanjut dia, juga sejalan dengan semangat “Merdeka Belajar” yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di mana pendidikan tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan penghargaan terhadap budaya lokal.
Awang Rifani menuturkan, pendaftaran untuk festival itu dibuka secara gratis. Peserta dapat mendaftarkan diri melalui tautan yang tersedia pada pamflet acara. Festival itu juga mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan diharapkan dapat menjadi agenda rutin setiap tahunnya untuk memperkuat jati diri budaya Kutai.
Dengan terselenggaranya Festival Tunas Bahasa Ibu ini, Kabupaten Kukar membuktikan komitmennya dalam menjaga warisan budaya dan memastikan bahwa generasi muda tidak melupakan akar budaya mereka.
“Kami sangat bangga dengan respon positif dari masyarakat dan semoga ini menjadi langkah awal yang baik dalam upaya pelestarian budaya,” tutup Awang Rifani. []
Penulis: Nur Rahma Putri Aprilia | Penyunting: Agus P Sarjono