SAMARINDA – PADA ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut tahun 2024, Atlet Cabang Olahraga (Cabor) Sambo Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami kendala serius terkait pakaian Gi yang tidak memenuhi standar pertandingan.
Masalah tersebut menghambat jalannya pertandingan dan menjadi sorotan di kalangan penyelenggara dan peserta. Sebab sebulan sebelum pertandingan digelar, pihak panitia telah memberikan prosedur standar baju Gi yang tepat untuk dikenakan dalam pertandingan.
Sebagaimana disebut oleh para Atlet Sambo Kaltim, komponen terpenting mereka dalam bertanding ternyata tidak sesuai sehingga mereka diharuskan untuk mengenakan baju yang telah disiapkan oleh panitia penyelenggara.
“Masalahnya ternyata ketika dicek oleh panitia, baju kami tidak sesuai standar untuk bertanding, hanya sesuai dipakai untuk latihan biasa saja sebab terlalu tipis,” jelas Delfita, salah satu atlet Sambo Kaltim, Senin (23/04/2024).
Kata Delfita, baju Gi sebelumnya telah dibeli oleh pelatih dan pengurus dari Kaltim, namun terjadi kesalahan pengertian sehingga menyebabkan baju yang telah terbeli ternyata tidak sesuai sebagaimana dipersayaratkan.
Hal ini berhubungan dengan tebal baju, panjang sabuk, celana, serta sepatu yang digunakan. Properti pertandingan ini berwarna merah dan biru.
“Sepatu kami juga yang biasa kami pakai latihan, ternyata ada jenis sepatu lain yang sesuai standar pertandingan, namun syukurnya untuk masalah sepatu kami masih diperbolehkan menggunakan itu,” tutur Delfita.
Pakaian gie yang seharusnya sesuai dengan regulasi resmi tidak dapat digunakan oleh para atlet. Hal ini mempengaruhi performa dan konsentrasi atlet, yang telah bersiap secara mental dan fisik untuk bertanding.
“Kami jadi kurang pede karena hal itu, padahal pertandingan sudah di depan mata,” ujarnya.
Setelah melalui proses dan usaha yang panjang, para atlet sambo Kaltim yang bertanding selama empat hari itu bisa mengikuti pertandingan, meskipun beberapa baju Gi harus meminjam properti yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara dan beberapa lainnya adalah baju yang dibeli oleh pengurus Kaltim.
“Karena kami proporsi badannya berbeda-beda sedangkan baju yang tersedia itu ukurannya terbatas, terpaksa harus mengenakan baju yang ada,” tutup Delfita.
Pihak pengurus dan pelatih diminta untuk mengevaluasi situasi ini dan memastikan bahwa semua kontingen dapat memenuhi standar yang ditetapkan.
Diharapkan, ke depannya, kejadian serupa tidak terulang agar semua atlet dapat berkompetisi secara adil dan optimal. Kontingen sambo Kaltim tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam sisa kompetisi meskipun menghadapi tantangan ini. []
Penulis: Nistia Endah | Penyunting: Agus P Sarjono