Kekurangan Putri Junjung Buyah

PUTRI Junjung Buyah atau Putri Junjung Buih adalah legenda masyarakat Kutai. Ia merupakan istri seorang raja Aji Batara Agung Dewa Sakti, raja pertama Kerajaan Kutai Kartanegara yang masih bercorak Hindu. Raja ini memerintah antara 1300-1325 Masehi.

Tidak ada yang salah dengan legenda ini, hanya hikayatnya saja yang kabur sebab ada banyak versi. Untuk legenda Kutai, ia disebut juga dengan nama Putri Karang Melenu, putri cantik yang ditemukan di atas gong, berada di permukaan sungai Mahakam yang dipenuhi buih.

Nama Putri Junjung Buyah disematkan pada nama kolam renang bertaraf internasional yang dibangun pada tahun 2002 silam. Kolam renang itu berada di kawasan Stadion Rondong Demang, Tenggarong, Kutai Kartanegara dan fasilitasnya ditingkatkan seiring dijadikan sebagai salah satu veneu Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII di Kalimantan Timur tahun 2008 lalu.

Salah satu fasilitas yang ada saat itu adalah timing system atau sistem pengukur waktu otomatis yang diinstalasi di kedua sisi dinding kolam. Eksistensinya dalam perlombaan berstandar internasional sangat penting, fungsinya untuk mencatatkan waktu sewaktu pembalikan dan finis.

Keberadaan dan fungsi sistem tersebut sempat mencuat dalam rapat teknis antara manajer peserta dengan panitia Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) renang yang diselenggarakan di Kolam Putri Junjung Buyah Tenggarong. Keberadaan sistem itu sangat penting untuk mencatatkan record terbaru perenang.

Karena tidak  berfungsi, pencatatan record dilakukan secara manual. Dalam peraturan perlombaan renang yang dibuat Fédération Internationale de Natation (FINA) atau Federasi Renang Interansional, pencatatan waktu harus dilakukan ketua pencatat waktu, pencatat waktu per lintasan, dan pencatat waktu tambahan.

Posisi pencatat waktu tersebut tentu saja sangat menentukan record perenang dan sering menimbulkan perdebatan dalam perlombaan renang, termasuk saat berlangsungnya Kejurprov renang Kaltim pada pertengahan Juni 2022 lalu. Selain itu, record perenang juga tidak dapat dipertanggungjawabkan sehingga tidak dicatatkan sebagai record nasional.

Kondisi tersebut tentu sangat disayangkan, mengingat fasilitas kolam renang Putri Junjung Buyah cukup dikenal dan sering dijadikan ajang perlombaan renang bagi daerah lain. Ke depan, kekurangan fasilitas timing system itu tentu harus diperbaiki. Jika memang sudah rusak, tidak berfungsi, perlu diperbaiki. []