Kerajinan Nguit Tampil di Kaltim Expo 2023

SAMARINDA – MERAJUT adalah salah satu cara tradisional yang merupakan metode membuat kain, pakaian atau perlengkapan lainnya. Berbeda dari menenun yang menyilangkan dua jajaran benang yang saling tegak lurus, merajut hanya menggunakan sehelai benang.

Di Kota Samarinda, ada sebuah komunitas yang melestarikan kegiatan merajut untuk anak-anak muda. Nguit adalah sebutan mereka untuk merajut bersama di Samarinda. Konon, perkumpulan perajin merajut ini sudah ada tiga tahun sebelum Covid-19 melanda di Indonesia.

Dalam kesempatan Kaltim Expo 2023 yang digelar di Conventio Center GOR Kadrie Oening, Jalan Wahid Hasyim Sempaja, Samarinda, Komunitas Nguit turut memamerkan hasil kerajinan tangan buah karya merajut mereka. Tak sekedar menampilkan karya yang sudah jadi, mereka juga mempraktekan langsung seni merajut.

Wilujeng, salah satu anggota komunitas Nguit Samarinda mengungkapkan, komunitas ini berawal dari kumpulan grup whatsapp. Mereka kemudian memiliki instagram dan banyak di-follow atau diikuti anak-anak muda yang ingin belajar merajut. Dia sendiri mengaku sejak kecil memilik hobi merajut.

“Awalnya sekedar hobi. Kita adakan saja nguit. Jadi setiap pertemuan bikin sesuatu, semisal gantungan kunci atau tas yang kita rajut,” ujar perempuan yang kerap disapa Bu Will ini ditemui di Stand Nguit, Selasa (22/8/2023).

Hasil dari kerajinan tangan tersebut kata Bu Will, kemudian dipasarkan bersama-sama. Biasanya komunitas Nguit Samarinda berkumpul di rumah ketua mereka yang terletak di Jalan Abdul Wahab Syahranie. Sering pula mereka berkumpul di halaman Masjid Islamic Center Samarinda.

“Pertemuan biasanya kami adakan setiap bulan dan bulan ini kami kumpul di Cafe Teman Kami. Pertemuan itu biasa kami namakan kopdar atau kopi dari hati. Ada beberapa agenda saat pertemuan yang kami lakukan, termasuk belajar rajut gratis juga,” jelasnya.

Selain memamerkan kreasinya, dalam Kaltim Expo 2023 ini Komunitas Nguit juga menjual beragam pernak pernik hasil rajutan anggota komunitas tersebut. Diantaranya, tas rajut yang dibandrol harga mulai dari Rp 100 ribu, kemudian ada pula tumbler air dengan harga Rp 40 ribu. Serta produk-produk unik dan khas hasil rajutan tangan.

Bu Will mengungkapkan, dari tahun ke tahun semakin banyak warga yang ingin belajar merajut. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Samarinda pun tertarik dengan keberadaan komunitas ini. Bahkan Disperindag Samarinda pernah membawa hasil kerajinan Komunitas Nguit ke Amerika Serikat untuk dipamerkan. Beberapa produknya pun terjual di sana.

Semantara pada Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2022 kemarin, Komunitas Nguit membuat bendera Merah Putih dari bahan rajutan.

“Seni rajut ini sudah ada sejak jaman dulu dan turun temurun. Maka itu kami ingin anak muda lebih menyukainya agar bisa terlestarikan dan lebih berkreatifitas di kemudian harinya,” harapnya menutup perbincangan dengan beritaborneo.com. []

Penulis: Hernanda | Penyunting : Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com