SAMARINDA – KEKAYAAN budaya berupa bahasa daerah di Indonesia harus tetap dipelihara eksistensinya. Sebab bahasa daerah merupakan identitas dan karakter bangsa serta merupakan aset yang sangat berharga. Sehingga sangat perlu untuk dipertahankan dan dilestarikan, terutama di era industri 4.0 yang sedang berlangsung saat ini.
Demikian hal tersebut diutarakan Staf Ahli Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Bidang Reformasi Birokrasi dan Keuangan Daerah Diddy Rusdiansyah AD saat berbincang dengan beritaborneo.com disela acara penganugerahan Pemenang Lomba Kepustakawanan dan Peningkatan Literasi Masyarakat Tingkat Provinsi Kaltim yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kaltim di Ruang Ruhui Rahayu Kantor Gubernur Kaltim, Selasa (19/9/2023).
“Karakter budaya ini ada bahasa daerah, ada adat istiadat dan ada suku bangsa. Ini harus dipertahankan sebagai karakter bangsa, bukan sebagai unsur negatif pembangunan,” katanya.
Dia pun mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut terlibat melestarikan keberadaan bahasa daerah yang ada di Kaltim, sehingga bisa menjadi ragam kekayaan budaya lokal dan juga nasional.
“Pemerintah Provinsi Kaltim menyambut baik adanya program revitalisasi bahasa daerah dengan harapan mencapai hasil positif untuk pembinaan dan kelestarian bahasa daerah di Kaltim,” jelas Diddy lagi.
Diddy memperkirakan keberadaan Ibu Kota Nusantara di Kaltim juga akan memunculkan bahasa baru, karena beragam etnis yang datang dari seluruh Indonesia akan berinteraksi dengan suku-suku asli Kalimantan, maka bukan mustahil akan memunculkan bahasa pergaulan baru di IKN.
Tentunya bahasa daerah IKN, lanjut dia juga akan memperkaya ragam bahasa daerah di Kaltim.
“Karena itu, Pemerintah Provinsi Kaltim memberikan apresiasi yang tinggi adanya program revitalisasi bahasa daerah ini, mengingat pemakaian atau penuturan bahasa daerah sudah mulai berkurang karena pengaruh kemajuan zaman, karena perkawinan antar etnis, maupun pengaruh bahasa daerah lainnya yang dominan digunakan di suatu daerah,” pungkasnya. []
Penulis : Himawan Yokominarno | Penyunting : Agus P Sarjono