Pentingnya Autentikasi Dalam Penulisan Sejarah

SAMARINDA – SELAIN untuk mengetahui peristiwa di masa lalu, sejarah juga menjadi media pendidikan. Demikian diungkapkan Pustakwan Ahli Madya pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Samarinda Nurhikmah mengawali tanggapannya sebagai panelis Diskusi Buku : Perang di Samarinda, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Ibu Kota Kalimantan Timur 1945-1949.

Diskusi buku karya Muhammad Sarip itu sendiri digelar di Aula Perpustakaan Kota Samarinda, Jalan Kusuma Bangsa Nomor 1, Samarinda, Rabu (4/10/2023). Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso hadir membuka acara tersebut.

Dalam tanggapannya Nurhikmah juga menjelaskan bahwa mempelajari sejarah akan memberikan kemampuan analasis yang baik. “Karena ketika seseorang belajar sejarah dia akan menganalisa kira-kira apakah itu fakta atau hoaks. Karena sering kali (tulisan) tentang sejarah itu campur aduk, antara kenyataan atau tidak,” urainya.

Menurut dia, sejarah juga bisa menjadi tempat belajar dari kesalahan yang terjadi di masa lalu. Sekaligus membantu memahami identitas. “Itu sangat penting, karena ke depannya kita akan membawa identitas diri kita yang ada saat ini,” ujarnya.

Nurhikmah menilai, buku yang menjadi bahan diskusi tentang sejarah perlawanan rakyat Samarinda dalam menentang penjajahan pada waktu itu memberikan gambaran bahwa rakyat Samarinda pasca kemerdekaan Indonesia 1945 menolak kembalinya Belanda untuk melanjutkan penjajahannya.

Dikatakannya, informasi data yang diambil sebagai dasar bagi penulisan buku tersebut sebagian besar dikumpulkan oleh penulis dari sumber-sumber bacaan tentang sejarah Kalimantan Timur (Kaltim). Terkhusus sejarah tentang perjuangan di Samarinda. Pengumpulan informasinya pun dilakukan dalam waktu yang cukup lama, bertahun-tahun.

“Hal ini dilakukan dalam rangka menjamin autentikasi yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti proses, cara, perbuatan membuktikan sesuatu secara autentik,” katanya.

Dijelaskannya, salah satu contoh cara menguji autentikasi isi dari buku ini adalah bukti adanya beberapa tugu yang dibangun yang menandai bahwa pernah terjadinya peristiwa perang (Palagan) di beberapa lokasi di Samarinda. Antara lain Tugu Palagan di Teluk Lerong, Tugu Palagan di Solong, Tugu Palagan di Sambutan dan di beberapa tempat lainnya.

“Jadi apapun yang dilakukan, ketika penulisan agar menjadi autentik kita harus mengetahui latar belakangnya dengan lebih baik. Arti pentingnya autentikasi penulisan sejarah adalah karena sejarah itu menggambarkan siapa kita dan mengapa kita menjadi seperti sekarang ini,” pungkasnya. []

Penulis : Himawan Yokominarno | Penyunting : Agus P Sarjono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com