PARLEMENTARIA KALTIM – TRADISI menanam padi di lereng gunung masih dipertahankan para petani di Kampung Putak Desa Loa Duri Ilir, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Kegiatan yang disebut tradisi nugal ini merupakan tradisi Suku Dayak Benuaq yang bermukim di Kutai Kartanegara.
Sistem menanam padi mereka tidak seperti petani biasanya dengan menggunakan lahan sawah. Mereka tidak menancapkan tanaman padinya, tetapi dengan menebar bibit dalam lubang yang sudah disiapkan.
Mereka pun hanya mengandalkan air hujan untuk menyirami tanaman padi mereka. Tak heran, warga Suku Dayak akan memulai musim tanam padi gunung mereka saat musim hujan tiba.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang sempat mengikuti tradisi nugal di Kampung Putak, Loa Duri Ilir, Sabtu (11/11/2023) mengapresiasi kegiatan ini.
“Saya sempat mengikuti penanaman padi yang tidak biasa karena ditanam di lereng gunung yang terjal. Petani di Kampung Putak patut mendapat apresiasi yang tinggi,” kata Samsun -sapaan akrabnya.
Menurut legislator daerah pemilihan Kutai Kartanegara itu, desa lain bisa mengadopsi tanam padi seperti Kampung Putak. Bukan hanya ketahanan pangan, para petani juga melestarikan adat dan budaya, sekaligus menjadi magnet wisata kabupaten.
Kampung Putak, lanjutnya, sedang giat mengembangkan potensi pariwisata, yang memiliki destinasi alam dan atraksi wisata untuk menarik pengunjung.
“Di Kampoeng Wisata Putak terdapat Batu Dinding Tapa, air terjun jantur Bukit Sekilo, Goa Maria Bukit Rahmat, pentas seni tari Dayak Tunjung-Benuaq, kerajinan tangan Sulam Tumpar, dan pesta panen padi gunung dan Nutuq Bahapm,” ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan itu menjelaskan Batu Dinding Tapa dikelilingi keindahan alam berupa tebing bebatuan yang dikelilingi hutan rimbun lebat. Pengunjung bisa menikmati pemandangan alam hutan Kalimantan dari ketinggian Batu Dinding Tapa, terutama saat matahari terbit dan terbenam.
Selain itu, air terjun jantur Bukit Sekilo di Putak merupakan wisata alam berupa air terjun yang memiliki ketinggian sekira 20 meter. Air terjun itu mengalir dari sungai di atas bukit dan membentuk kolam alami di bawahnya.
“Hal menarik lain, tentu saja pesta Seni Tari Dayak Tunjung-Benuaq, sebagai budaya pertunjukan tari tradisional oleh masyarakat setempat,” katanya.
Tari itu menampilkan gerakan yang lincah dan dinamis, serta diiringi alunan alat musik tradisional seperti gong, kendang, dan suling.
Masyarakat Kampung Putak juga rutin menggelar pesta Panen Padi Gunung dan Nutuq Bahapm berupa upacara adat oleh masyarakat setempat sebagai sajian wisata budaya saat mereka memanen padi gunung.
“Upacara itu merupakan wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen. Masyarakat juga membuat Bahapm, yaitu kuliner dari ketan muda yang dimasak dengan santan dan gula merah,” ujar Samsun sembari mengajak para wisatawan mengunjungi Kampung Putak di Kutai Kartanegara. []
Penulis: Selamet | Penyunting: Agus P Sarjono