KUTAI KARTANEGARA – INOVASI pengolahan sampah selalu tidak pernah ada habisnya. Salah satu yang cukup banyak mulai diterapkan di berbagai daerah saat ini adalah pengolahan sampah plastik yang sulit terurai menjadi sumber energi yang terbarukan.
Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan jumlah penduduk mencapai 42.461 jiwa, tentu saja berpotensi menghasilkan sampah dengan jumlah yang cukup besar setiap harinya.
Tercatat dalam sehari saja perkiraan sampah yang masuk ke sarana pengolahan sampah, yakni Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Reduce, Reuse, Recycle (3R) Gerakan Muara Jawa Bersih (GMJB) bisa mencapai angka 20 hingga 25 ton.
Angka sampah yang tinggi itu didominasi oleh sampah organik dan plastik. Sampah plastik yang pada dasarnya selalu ada setiap hari membuat TPST 3R GMJB berkomitmen untuk memberikan banyak pengolahan terhadap sampah tersebut. Salah satunya adalah mengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Salah satu pengurus sekaligus pekerja di TPST 3R GMJB Achmad Mubarok menyatakan, sampah plastik yang mereka olah untuk dijadikan BBM ini untuk sementara hanya digunakan sebagai penunjang sarana operasional yang ada di TPST.
“Memang saat ini kami melakukan pengolahan sampah plastik, terutama berjenis PE, seperti kresek bekas laundry, dan gelas minuman kemasan. Kami ubah itu menggunakan metode pirolisis menggunakan bantuan alat mesin,” jelas Achmad Mubarok ditemui beritaborneo.com di lokasi TPST 3R GMJB, Muara Jawa Tengah, Sabtu (17/02/2024).
Dia menjelaskan, dalam mengolah sampah plastik pihaknya menggunakan mesin destilator yang bisa menampung hingga 10 kilogram sampah plastik. Mesin ini memiliki dua bagian, terdiri dari reaktor berbentuk kotak yang kemudian dihubungkan dengan pipa. Waktu pengolahannya bisa mencapai 4 jam lamanya.
Sementara untuk pengolahannya menggunakan metode pirolisis, yakni dengan memanaskan plastik pada suhu 4 ribu derajat celcius tanpa oksigen. Sehingga plastik bisa leleh dan selanjutnya menjadi gas. Gas yang dihasilkan itu nantinya akan mengalami kondensasi dan mencair.
Cairan ini kemudian bisa keluar dari pipa (lubang) yang ada di sisi mesin pembakar tersebut. Ini yang disebut sebagai BBM itu.
“Ya untuk saat ini masih berjalan, produksi minyaknya masih kami pakai untuk operasional di TPST saja. Cukup membantu dan mengurangi sampah plastik yang masuk ke TPST. Semoga ke depannya bisa didatangkan mesin dengan kapasitas yang besar lagi agar pengolahan berlangsung efektif,” tutup Achmad. []
Penulis: Nistia Endah Juniar Prawita | Penyunting: Agus P Sarjono