10 Insinerator Siap Proses Sampah di Samarinda

SAMARINDA – Wali Kota Samarinda, Andi Harun, mengungkapkan bahwa insinerator yang direncanakan untuk mempercepat pengelolaan sampah di kota tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun ini. Rencananya, alat tersebut akan ditempatkan di 10 kecamatan untuk mempercepat proses pengolahan sampah secara efektif.

Untuk merealisasikan proyek ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda memerlukan anggaran sekitar Rp10 miliar, dengan estimasi harga per unit insinerator sekitar Rp1 miliar. “Dengan harga yang lebih ekonomis, sekitar Rp1 miliar per unit, kami akan mengadakan 10 unit untuk 10 kecamatan,” ujar Andi Harun, Jumat (04/04/2025), saat ditemui di Samarinda.

Menariknya, harga insinerator yang akan dipasang di Samarinda lebih terjangkau dibandingkan dengan yang ada di beberapa kota lain di Indonesia, yang mencapai Rp4,9 miliar per unit. Insinerator tersebut juga memiliki sistem yang lebih ramah lingkungan, di mana cerobong asapnya berada di bawah untuk dinetralkan menggunakan bak air, berbeda dengan insinerator di beberapa kota lain yang langsung membuang emisi ke udara.

“Insinerator yang kami gunakan akan dilengkapi dengan sistem penyaringan yang lebih ramah lingkungan, di mana asap akan melewati kolam atau bak netralisasi sebelum dialirkan ke drainase,” tambahnya.

Andi Harun juga menjelaskan bahwa abu hasil pembakaran sampah akan diolah menjadi paving blok yang dapat digunakan untuk memperindah Samarinda, seperti untuk taman kota dan fasilitas umum lainnya. Jika memenuhi standar, hasil olahan tersebut berpotensi memiliki nilai komersial.

“Hasil pembakaran akan berupa abu yang akan dikelola kembali menjadi paving blok. Kami akan memanfaatkannya di lingkungan pemerintahan dan mungkin dapat bernilai komersial,” ujar Andi Harun.

Sebelum memutuskan untuk menggunakan insinerator ini, Pemkot Samarinda telah melakukan studi banding ke beberapa kota di Indonesia yang telah lebih dahulu mengimplementasikan teknologi ini.

“Secara prinsip, cara kerja insinerator ini tetap mengandalkan proses pembakaran, namun kami memilih produk terbaru yang mampu mengolah hampir semua jenis sampah organik, kecuali material seperti keramik, botol kaca, cangkang kelapa, dan bonggol jagung,” tutupnya. []

Penulis: Guntur Riyadi | Penyunting: Nistia Endah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com