KALTARA, NUNUKAN – EMPAT kecamatan di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) diterjang banjir yang cukup parah. Bahkan ketinggian air mencapai sembilan meter. Empat kecamatan yang terendam itu adalah Kecamatan Sembakung, Lumbis, Sebuku dan Krayan.
“Di Lumbis ketinggian air saat ini 9,8 meter dari batas normal tiang ukur 6 meter. Untuk Sebuku kami tidak punya tiang ukur, tapi informasinya berangsur surut. Sementara di Sembakung naik menjadi 4,6 meter dari batas normal 3 meter,” kata Kepala Sub Bidang (Kasubid) Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nunukan Muhammad Basir, Selasa (20/06/2023).
Diungkapkannya, selain curah hujan yang cukup tinggi beberapa hari lalu, ketinggian air juga dipengaruhi adanya banjir kiriman dari Malaysia. Dan kejadian ini bukan pertama kalinya. “Banjir terjadi karena curah hujan tinggi dan kiriman dari hulu (wilayah Malaysia). Saat ini kondisi yang terjadi sedang dalam pemantauan,” ujarnya.
Basir mengatakan, banjir kali ini menjadi peristiwa ketiga di 2023. Biasanya, banjir kiriman Malaysia datang setahun sekali, dan mudah diprediksi. Saat ini, dugaan adanya penebangan liar kawasan hutan di Malaysia, mengakibatkan intensitas banjir semakin sering, dan sulit diprediksi.
“Kalau wilayah Keningau Malaysia hujan deras, kita ikut kebanjiran. Jadi walau Nunukan tidak hujan, tapi Malaysia hujan, air sungai meluap dan membanjiri pemukiman warga kita di pelosok,” jelasnya.
BPBD Nunukan telah menempatkan delapan petugas untuk memantau dan melaporkan kejadian banjir di tiga kecamatan tersebut. BPBD juga sudah menurunkan tim untuk menuju lokasi banjir, dengan jarak sekitar 8 sampai 10 jam dari Kabupaten Kota Nunukan ini.
“Jadi pendataan sedang berlangsung. Kita belum bisa melaporkan berapa detail rumah penduduk yang tergenang,” tegasnya.
Sementara untuk wilayah Krayan, sampai saat ini BPBD Nunukan masih menunggu laporan dari personel di lapangan. “Kalau Krayan, kami masih menunggu laporan dari rekan BPBD di sana. Jaringan juga kurang stabil jadi sedikit terganggu komunikasi kami,” ucap Basir.
Banjir yang terjadi membuat aktivitas masyarakat di empat kecamatan tersebut menjadi terganggu. Bahkan sejumlah fasilitas umum termasuk perkantoran, sekolah, dan fasilitas kesehatan ikut terendam banjir.
Basir menyampaikan langkah awal BPBD Nunukan telah menetapkan status siaga bencana untuk keempat kecamatan tersebut.
“Kami sudah rapatkan bersama OPD (organisasi perangkat daerah) teknis terkait status kebencanaan. Sembari kami juga lakukan evaluasi, bilamana ketinggian air bertahan atau bahkan bertambah maka statusnya kami naikkan dari siaga bencana menjadi tanggap darurat,” ujarnya.
Saat ini BPBD dari Nunukan sedang melakukan kaji cepat ke tiga kecamatan yang bisa dijangkau yakni Sembakung, Lumbis, dan Sebuku. “Kami sementara ini lakukan kaji cepat termasuk pendataan dan evakuasi warga. Sedangkan untuk Kecamatan Krayan kami masih menunggu jadwal pesawat ke sana,” ungkapnya.
Ia prediksi bahwa ketinggian air di Kecamatan Sembakung dan Lumbis akan bertambah. Sejak kemarin Senin (19/06), sejumlah warga di Kecamatan Lumbis dan Sembakung sudah mengungsi.
“Di Lumbis Hulu masih hujan jadi prediksi kami ketinggian air akan bertambah. Apalagi Sembakung yang letaknya di hilir, otomatis air dari hulu tertahan di Sembakung,” tutur Basir.
Sekadar informasi untuk Kecamatan Lumbis ada sebanyak 1.228 jiwa dari 368 KK yang terdampak banjir. Selain itu ada sebanyak 208 unit rumah milik warga yang terdampak banjir.
Data yang berhasil dihimpun sementara, baru data dari Kecamatan Lumbis. BPBD mencatat, ada 7 desa yang terendam, masing masing Desa Pa’Lo, Desa Patal, Desa Taluan, Desa Pulu Bulawan, Desa Podong, Desa Mansalong dan Desa Kalampising.
Setidaknya ada sekitar 368 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 1.228, dan ada sekitar 104 Balita yang terdampak banjir kiriman ini. “Kita mencatat sementara ini ada 25 jiwa yang mengungsi dari Desa Kalampising. Sementara, status kebencanaan masih siaga bencana. Pendataan masih berjalan dan tidak menutup kemungkinan naik menjadi tanggap darurat,” kata Basir. []
Penulis/Penyunting : Agus P Sarjono